Sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji. Trimah mawi pasrah, sepi pamrih tebih ajrih
Sudjiwo Tedjo salah satunya menyanyikan tembang Sugih Tanpo Bondo di acara “Santun Bermedia untuk Pemilu Damai”, dalam rangkaian perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2019, di Convention Hall, Jalan Arief Rahman Hakim, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/2/2019).
Acara bertema Menyongsong Pesta Demokrasi dengan Keadaban Bermedia itu sejatinya ajang sosialisasi untuk mengingatkan pers agar menjaga profesionalisme, independensi, dan netralitas dalam kontestasi pemilu.
Sejumlah tokoh di acara ini juga mengingatkan pentingnya warganet lebih bijak bermedia sosial, serta tidak turut menyebarkan pesan-pesan politik yang berpotensi memecah-belah masyarakat melalui kabar bohong atau hoaks.
Sudjiwo Tedjo menyanyikan tembang Sugih Tanpo Bondo itu menjelang penghujung acara. Sebelum “Mbah Tedjo” tampil, ada sejumlah tokoh yang menyampaikan orasi dan pesan moral tentang Media dan Pemilu.
Ada Inspektur Jenderal Polisi Mohammad Iqbal Kadiv Humas Mabes Polri, juga Saifullah Yusuf Wakil Gubernur Jawa Timur yang semasa muda pernah merintis karir menjadi seorang wartawan.
Mohammad Iqbal menganalogikan Pilpres 2018 di masa kampanye ini seperti mobil yang sudah dinyalakan. Mesinnya sudah mulai memanas. Polisi, kata dia, akan menjadi sistem pendingin untuk menjaga agar mesin itu tidak overheat (panas berlebihan).
“Kalau overheat, negara ini akan goyang,” ujarnya sembari meminta seluruh elemen masyarakat membantu polisi dalam menjaga stabilitas situasi dan kondisi “mesin” itu dengan tidak turut menyebarkan hoaks.
Saat itu, penonton hampir memenuhi seluruh ruangan di gedung utama Convention Hall Arief Rahman Hakim. Untuk menghibur penonton, Klanthink, grup musik asli Surabaya, tampil di sela-sela orasi dan pesan moral yang disampaikan para tokoh.
Selain Irjen Pol Mohammad Iqbal, turut menyampaikan pesan moral di acara itu Saifullah Yusuf Wakil Gubernur Jawa Timur. Dia mengatakan, wartawan saat ini perlu berhati-hati agar tidak terjebak ikut menyebar hoaks.
“Tantangan wartawan di masa sekarang, bagaimana mereka menjalankan fungsi verifikasi, klarifikasi, dan memberikan narasi balik berisi kebenaran di tengah kabar bohong,” ujarnya.
Pers tidak pernah bersih dari framing. Informasi yang disajikan media massa, kata Sudjiwo Tedjo, tidak bisa utuh menampilkan peristiwa. Ada sudut pandang yang menentukan bagaimana informasi itu disajikan.
“Aku setuju framing media. Sama seperti kita melihat sebuah peristiwa dari beberapa sudut pandang. Intinya, matamu, panca indramu, adalah mediamu,” ujarnya.
Setelah menyanyikan tembang Sugih Tanpo Bondo Mbah Tedjo lantas mengundang Niken Widiastuti Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo untuk menyampaikan pesan moralnya.
Niken berbincang bersama Sudjiwo Tedjo di atas panggung mengenai lirik tembang Sugih Tanpo Bondo, yang menurut Niken masih ada lanjutannya. “Masih koma,” katanya kepada Tedjo.
Salah satu lirik tembang Jawa yang digubah dengan musik oleh Mbah Tedjo itu adalah Menang Tanpo Ngasorake, yang artinya menang tanpa merendahkan.
“Pesta Demokrasi harapan kita akan seperti itu. Pesta demokrasi seharusnya menciptakan kerukunan,” ujarnya. Dia pun mengingatkan masyarakat, dalam hal ini para penonton, menjauhkan diri dari hoaks yang memecah belah masyarakat.(den)