Memasuki usia yang ke-36 tahun, Radio Suara Surabaya dianggap memiliki peran besar untuk memuaskan masyarakat terhadap kecepatan informasi yang aktual. Tidak hanya itu, bahkan Radio Suara Surabaya dianggap sebagai media radio yang ideal dan dimimpikan oleh banyak pihak. Pendapat ini disampaikan oleh Profersor Rachma Ida Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga.
Seperti pada Minggu (9/6/2019) pagi, seluruh tim di studio siaran fokus mengawal upaya pendengar Radio Suara Surabaya mengejar mobil KIA Picanto L 1903 CL, yang dilaporkan dicuri pada Sabtu (8/6/2019) malam. Drama kejar-kejaran yang dilaporkan pendengar mewarnai siaran pagi itu, sampai si pencuri berhasil diringkus polisi dan warga setempat, di kawasan Sepanjang, Taman, Sidoarjo.
Menurut Ida, ini membuktikan bahwa media radio telah melakukan salah satu unsurnya, yakni interaktifitas, yang dapat memecahkan permasalahan sosial. Radio Suara Surabaya juga dianggap memiliki karakteristik dan ciri khas tersendiri dibandingkan dengan radio kebanyakan. Tidak heran, jika Radio Suara Surabaya sempat mencuri perhatian sebagian pengamat media luar negeri.
“Itulah kenapa Radio Suara Surabaya oleh kawan saya di Australia, Edwin Jurink, menulis betul bahwa ini aneh di dunia. Misalnya di Belanda, di UK (United Kingdom, red), atau di Australia sendiri, radio memang digunakan, tapi untuk news dan musik. Tapi di Indonesia, radio ini benar-benar membuktikan adanya deliberatif demokrasi yang diimpikan, yang diidealkan,” kata Prof Rachma Ida kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (11/6/2019).
Apalagi di zaman destruction, dimana berita bohong dapat tersebar secara luas dan cepat, dapat mengaburkan informasi yang diperoleh masyarakat. Untuk itu, radio khususnya Radio Suara Surabaya memiliki berperan untuk mengonfirmasi mana berita bohong dan mana berita yang benar.
“Tugasnya (Radio Suara Surabaya, red) menyapu semua fake news dan informasi-informasi bodong. Ini bisa dilakukan radio karena proximity-nya kena, ada faktor kedekatan. Saya berfikir, masak tega Mas Isa (penyiar) cerita tentang fake news. Jadi radio ini kepercayaannya besar,” tambahnya.
Menurut Ida, kedekatan itu bukan tanpa alasan. Radio sendiri adalah media yang memiliki sifat saling menghubungkan (interconnected). Sehingga jika salah satu pendengar mengalami masalah, maka pendengar yang lain akan merasakan hal yang sama.
“Suara Surabaya adalah pencapaian dari apa yang disebut Benedic Anderson, imagine community (komunitas terbayang). Saat ada kehilangan, kita seolah-olah sebagai warga di ‘udara’ itu disatukan, merasa mereka juga saudara saya,” jelasnya
Untuk itu, Ida menyapaikan bahwa budaya media seperti itu dapat dipertahankan.
Apalagi, saat ini teknologi bergerak ke informasi digital audio dengan banyaknya informasi dengan format podcast yang menggabungkan video dengan audio. Menurut Ida, ini bukti bahwa budaya informasi oral telah kembali dan radio harus dapat memanfaatkan momen ini.
Sedangkan Suko Widodo Ketua Pusat Informasi dan Humas sekaligus Pengamat Komunikasi Politik Unair mengatakan, mendengarkan Radio Suara Surabaya merupakan adalah usaha untuk mengaktifkan otak melalui bangunan simbol yang dibangun oleh radio. Karena simbol suara adalah simbol yang menjadikan penerimanya berolah pikiran.
“Radio dengan simbol suara, berperan dalam melatih imajinasi kita tentang realitas dan peristiwa. Radio Surabaya telah meletakkan budaya berimajinasi yang konstruktif bagi kebaikan warga. Selamat Ulang Tahun Suara Surabaya, Selamat Uang Tahun The Real Radio. Kembangkan imajinasi dengan suaramu, agar warga pendengar menjadi semakin cerdas dan waras!,” kata Suko Widodo.(tin)