Jumat, 22 November 2024

Pertamina: Tidak Ada Kelangkaan Solar, yang Ada Panic Buying

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Werry Prayogi General Manager Pertamina MOR V saat menggelar konferensi pers terkait solar. Foto: Denza suarasurabaya.net

Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V menegaskan, tidak ada kelangkaan solar di Jawa Timur. Yang terjadi adalah panic buying akibat persepsi keliru atas antrean solar di SPBU tertentu.

Werry Prayogi General Manager Pertamina MOR V mengatakan, ada informasi yang tidak terlalu pas yang beredar ke masyarakat sehingga terjadi panic buying.

“Salah satunya, informasi tentang kuota dan edaran BPH Migas, waktu itu. Edaran BPH Migas sudah dianulir sebenarnya. Cuman karena memang sempat terjadi (antrean) di satu dua lokasi, dianggap akan ada pengetatan,” ujarnya.

Pertamina MOR V memang mencoba melakukan pengurangan pemberian kuota solar bersubsidi sedikit demi sedikit, karena kuota subsidi solar untuk beberapa wilayah di Jawa Timur memang sudah berlebih.

Pengetatan ini terutama ketika Pertamina menemukan pihak-piha yang membeli solar subsidi dengan drum dalam jumlah besar. Pertamina mengantisipasi ini, karena ada kemungkinan mereka mereka tidak berhak.

“Cuma, ada yang merasa, kok jadi susah (cari solar), sehingga cerita ke lainnya (ke media massa,red). Teman-teman Organda yang bersuara lebih dulu. Pembatalan BPH Migas itu termasuk mempertimbangkan suara Organda,” katanya.

Akibat pemberitaan tentang kelangkaan solar inilah terjadi antrean panjang sopir truk yang panik dan berupaya mengisi penuh tangki truk mereka. Biasanya beli 10 liter, belakangan sampai 15 liter.

Werry mengakui, kejadian ini di luar prediksi Pertamina MOR V. Tiba-tiba tersiar kabar kelangkaan solar. Pertamina pun sudah menyatakan sikap, perusahaan plat merah penyalur BBM subsidi itu tetap menyediakan solar secara normal.

“Sebenarnya sekarang sudah stabil. Hanya saja, recovery (akibat berita kelangkaan) butuh waktu satu sampai tiga hari. Karena banyak teman-teman (sopir) yang trauma, masih tidak percaya. Tapi kalau terbukti ada minyak yang datang, ya sudah, tidak ada masalah,” ujarnya.

Dia mengakui, memang Pertamina MOR V melakukan pengaturan atas BBM bersubsidi. Sebab, ada pihak yang sebenarnya tidak berhak atas BBM bersubsidi tetap berupaya mencari-cari.

Pihak-pihak yang dia maksud antara lain truk milik industri, juga truk pengangkut bahan tambang dan truk plat merah (milik BUMN atau milik negara). “Cara paling gampang membeli solar pakai drum. Itu yang coba kami minimalisir, sebenarnya,” kata Werry.

Pembatasan itu hanya sebagian dari strategi. Mulai dari pengurangan suplai solar subsidi di SPBU tertentu yang memang masuk daftar waspada Pertamina. Karena pertamina memiliki satgas yang khusus memantau ini.

“Kalau ada yang teriak. Kami lihat, oh, ternyata dia memang butuh, nah kami tambahin (suplainya). Tapi kalau ternyata dia beli sampai drum-druman, wah, mau dibawa ke mana ini, bisa jadi untuk mereka yang enggak berhak. Kami potong,” ujarnya.

Fenomena itulah yang kemudian dimanfaatkan atau disebarkan oleh pihak lain yang tidak terlalu mengerti, sehingga sampai ke telinga wartawan. Werry pun menyarankan media massa mengkonfirmasi dulu terjadinya peristiwa demikian ke Pertamina.

“Kalau pengalaman saya di Sulawesi, kalau ada kejadian begini, wartawan itu sebelum memberitakan tanya dulu ke kami dulu. Konfirmasi dulu. Saya sudah sering mengalami yang begini saat di Sulawesi,” ujarnya.

Dia contohkan, saat bertugas di Sulawesi, dia sering ditanya wartawan soal premium langka di SPBU tertentu. Pernah dia ditanya kelangkaan premium di daerah Ponto, Sulawesi. Saat itu memang terjadi antrean panjang.

“Tidak bisa lantas disimpulkan langka. Sekarang antrean panjang itu terjadi karena apa? Jadi, SPBU itu, waktu kami jual pertalite tidak menyesuaikan kapasitas tangkinya. Tangki dibagi dua, untuk premium dan pertalite,” ujarnya.

Karena SPBU itu di kawasan pedesaan yang warganya masih terbiasa memakai premium, akibatnya terjadi antrean untuk pembelian premium. Ini yang dikira wartawan terjadi kelangkaan.

“Akhirnya apa? Banyak warga antre di situ beli pakai drum. Kalau ga dikasih mereka bawa badik, orang makassar, ya. Sebenarnya untuk apa? Dijual lagi di depan situ,” katanya.

Werry mengatakan, Pertamina MOR V akan tetap mensuplai kebutuhan solar di Jawa Timur. Selama Juli-Agustus 2019, suplai solar subsidi di Jawa Timur stabil di angka 216 ribu sampai 215 ribu kiloliter per hari dalam satu bulan.

“Oktober kemarin, rata-rata 274 ribu kiloliter. Ini kondisinya sudah normal lagi, dan saya harap masyarakat tidak perlu khawatir,” katanya.(den/dwi)

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs