Pengamat Media Unair: Hari Radio Sedunia adalah Perayaan Sekaligus Tantangan Dunia Radio

Irfan Wahyudi pengamat media Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, Hari Radio Sedunia yang diperingati setiap tanggal 13 Februari merupakan perayaan sekaligus tantangan bagi dunia radio menghadapi era revolusi industri 4.0. Ia menegaskan, datangnya era industri 4.0 perlu menjadi refleksi bagi pelaku industri radio, bukan malah menjadi sebuah penolakan.

“Perlu direfleksikan, bukan penolakan, tapi sinergi terkait digitalisasi. Radio yang tidak interface membuat pendengar menjadi berkurang, sehingga pola konsumsi radio seharusnya berubah. Itu menjadi tantangan,” kata Irfan kepada suarasurabaya.net pada Rabu (13/2/2019).

Ia mengatakan, inti dari revolusi industri 4.0 adalah masalah layanan. Pengguna ingin memiliki pengalaman berbeda, sehingga industri radio harus mengembangkan pengalaman dan memberikan efek yang berbeda.

“4.0 lebih menyasar pada pengalaman pengguna, pengguna produk atau konsumen media itu. Tidak hanya radio on demand, tapi bagaimana dia juga bisa berkontribusi pada program radio itu,” ujar Irfan.

Irfan mengatakan, radio harus memungkinkan pengguna untuk memiliki playlist sendiri dan mampu membuat program sendiri. Menurutnya jika radio tidak bisa memberikan layanan tersebut, maka radio akan tertinggal. Radio harus memiliki big data untuk memberikan kepuasan bagi segmentasinya.

“Radio kan ada segmentasinya, ke orang tua, anak muda, perempuan. Sejauh apa kamu punya data playlist dari tahun-tahun lawas. Yang saya ketahui, di Australia, ketika implikasi di dalam 4.0 ini, si pendengar itu punya virtual room yang bisa didengarkan oleh pengguna-pengguna lain juga,” katanya.

Sebagai informasi, hari ini (13/2/2019) dunia merayakan hari Radio Sedunia. Tahun ini adalah peringatan ke-8 sejak pertama kali dirayakan pada tahun 2011. Tahun ini, tema yang diusung oleh UNESCO dalam perayaan hari Radio Sedunia adalah dialog toleransi dan perdamaian. (bas/iss)