Jumat, 22 November 2024

Peneliti: Gempa Kecil di Mentawai Bisa Jadi Penanda Gempa Megathrust

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Antara

Danny Hilman Natawijaya Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menilai gempa bumi yang puluhan kali mengguncang pada 2-5 Februari 2019 lalu di segmen Mentawai, Sumatera Barat, bisa menjadi penanda awal terjadinya gempa besar atau megathrust di daerah itu.

“Pola seperti ini terjadi saat gempa dan tsunami Aceh 2004. Gempa itu dimulai dengan gempa 7,2 SR di Simeulue kemudian dua tahun setelahnya terjadi megathrust 9,2 SR di Aceh,” katanya di Padang, dilansir Antara Rabu (6/2/2019).

Ia menjelaskan, gempa pada sebuah segmen akan mempengaruhi segmen di dekatnya. Hal itu yang kemungkinan terjadi dengan gempa yang terjadi di Sumbar beberapa hari terakhir

Berdasarkan penelitian, pengaruh gempa terhadap segmen gempa di dekatnya bisa dirasakan antara tiga bulan hingga 30 tahun. Artinya dalam kurun waktu itu, gempa megathrust kemungkinan besar terjadi di Sumbar.

Apalagi jika menghitung siklus gempa megathrust Mentawai yaitu 200-300 tahun. Gempa besar terakhir yang terjadi pada segmen itu diperkirakan pada 1797, artinya saat ini sudah memasuki puncak siklus tersebut.

Hanya saja, ada harapan energi gempa yang diperkirakan 8,8 SR itu bisa berkurang karena adanya pelepasan energi secara sedikit demi sedikit dengan gempa 6-7 SR.

Senada dengan sang peneliti, Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, kemungkinan terjadinya gempa di Sumbar tersebut bisa terjadi dalam beberapa tahun ke depan.

Meski tidak bisa menyebut secara pasti karena gempa memang tidak bisa diprediksi dan belum ada pengetahuan yang mampu memprediksi kapan gempa terjadi, tetapi ia memperkirakan potensinya sangat besar terjadi karena itu BMKG lebih memprioritaskan penyiapan peralatan peringatan dini Sumbar dibanding daerah lain.

“Peringatan dini gempa dan tsunami itu disebarluaskan dari stasiun BMKG pusat ke daerah seperti Pusdalops dan TNI. Ada juga mekanisme otomatis melalui televisi dan HP,” ujarnya.

Saat ini BMKG menambah 20 unit alat peringatan dini itu untuk ditempatkan di Sumbar agar pemantauan bisa lebih maksimal.

Doni Monardo Kepala BNPB mengatakan, seluruh hasil riset dari peneliti, pakar dan BMKG itu harus dijadikan sebagai pijakan utama dalam mengambil kebijakan terkait antisipasi bencana di daerah.

BNPB dapat penugasan langsung dari Joko Widodo Presiden untuk memastikan masyarakat di Sumbar waspada terhadap segala kemungkinan yang terjadi.

BNPB juga berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait untuk memastikan kesiapsiagaan di Sumbar.

Sementara itu, Nasrul Abit Wakil Gubernur Sumbar mengatakan, Sumbar adalah ‘supermarket’ bencana karena itu pemerintah daerah telah berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat agar bisa menyelamatkan diri secara swadaya jika bencana terjadi.

Namun karena keterbatasan, Sumbar tetap membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat dan pihak terkait lainnya. (ant/wil/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs