Surabaya menjadi salah satu kota yang cukup inovatif dalam pengelolaan sampah. Ini disampaikan Satrio Wiweko Pemerhati Lingkungan dalam rangka peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2019.
Satrio mencontohkan, masyarakat yang berada di dekat tempat pembuangan akhir (TPA) bisa memanfaatkan gas metannya untuk memasak hingga 24 jam.
“70 persen sampah organik bisa dimakan belatung dan belatung yang gemuk-gemuk bisa digunakan untuk pakan hewan,” kata Satrio pada Radio Suara Surabaya.
Lalu, lanjut dia, Surabaya menjadi 1 diantara 3 kota di dunia yang menggunakan sampah botol plastik untuk naik bus.
Ditutupnya TPA di Keputih, kata dia, karena waktu itu tidak dikelola dengan baik berpotensi menimbulkan pencemaran. Akhirnya warga meminta TPA Keputih ditutup.
“Kita juga mengedukasi terutama untuk kampung-kampung yang ada di pelosok. Di tingkat nasional kami juga membantu kementerian PUPR bagaimana mengolah sampah menjadi kompos yang benar, bagaimana mengelola bak sampah yang benar,” ujar dia.
Kata Satrio, masyarakat bisa diedukasi tentang kelola sampah untuk hidup yang baik dan mempunyai nilai. “Misal kita mengubah sampah plastik jadi benda-benda berguna seperti tas laptop, tas tenteng dan lainnya,” tambahnya. (dwi)