Jumat, 22 November 2024

Pemerhati Anak: Ada 2 Hal Penyebab Geng Remaja dan Anak-anak

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi.

Terungkapnya ribuan anggota geng anak-anak di Surabaya yang menjurus ke kekerasan dan kenakalan remaja, menarik perhatian Bagus Sanyoto Pemerhati Anak dan Keluarga. Apalagi, anggota dari geng tersebut terdiri dari anak-anak dibawah umur yang masih berstatus pelajar SD dan SMP.

Menurutnya ada dua hal yang mendorong anak-anak membentuk suatu kelompok hingga membentuk geng.

Pertama, tentang perhatian orang tua. Banyak orang tua sekarang yang menurut Bagus, sibuk dengan aktivitas pribadi. Sehingga anak tidak merasa punya relasi yang kuat dengan orang yang serumah dengan mereka.

“Fenomena ini mengarah kedua hal. Pertama, perhatian dan kepedulian orang sekitar. Orang serumah aja pethuk tapi ga pethuk, gak nyambung. Mata melihat tapi gak merhatiin, delok tapi gak ketok,” kata Bagus Sunyoto kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (15/10/2019).

Pengabaian demi pengabaian inilah yang menurutnya, menjadi cikal bakal anak-anak ‘masuk’ ke dunianya sendiri, dan menghadapi pemberontakan yang ekstrem.

Apalagi, perkembangan anak ikut difasilitasi oleh internet dan gadget. Sehingga anak-anak dapat leluasa menjelajahi nilai-nilai dan pedoman hidup yang akan mereka anut tanpa pendampingan.

Media sosial juga memiliki peran penting, jika konten yang disajikan selalu mengarah ke ego. Sehingga tidak heran, jika anak-anak kemudian menggabungkan diri ke dalam kelompok sebagai upaya mempertahankan diri dalam pergaulan.

“Fenomena geng tidak akan pernah habis jika sosial media selalu mengarah ke ego yang bersifat personal, hingga fanatisme yang tinggi terhadap kelompok. Geng tidak selalu berakibat kenakalan, tapi pasti bermuara ke keanehan jiwa dan mental anak-anak,” kata Bagus.

Kedua, adalah didorong oleh nalar anak-anak itu sendiri. Untuk itu, perlunya bimbingan dan pembinaan secara intensif agar logika anak-anak dapat memilah sendiri mana yang baik dan buruk.

Bagus menyontohkan, dengan menanamkan nilai dan nalar agama, hal itu dapat membantu untuk membentuk pemikiran anak-anak tentang kebaikan dan keburukan sejak dini.

“Saya punya riset, jika logika dilatih dengan baik, maka mereka akan bisa memilih baik dan buruk dengan baik. Kalau berpedoman dengan geng, itu tidak normal. Karena yang membina dari kelompok itu sendiri,” tegasnya.

Ia juga menitikberatkan peran organisasi lingkungan dekat seperti karang taruna, untuk jadi kelompok binaan bagi remaja, karena karang taruna terbentuk dari unsur kedekatan. Sehingga orang tua dapat dengan mudah memantau kegaiatan anak mereka.

“Institusi-institusi sosial zaman dulu sudah baik, tapi tidak difungsionalkan. Orang tua juga perlu dibimbing dan dididik. Sesibuk apapun, tapi kalau ada pengabaian yang signifikan, anak-anak juga akan abai dengan keluarga,” ujar Bagus.(tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs