Mohamad Nasir Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) mengatakan, Indonesia sudah siap dari segi teknologi dan sumber daya manusia (SDM) untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
“Kami sudah siapkan buku putih PLTN, baik dari segi tempat, teknologi, maupun masalah teknologi,” kata Nasir usai acara Bedah Kinerja 2018, Fokus Kinerja 2019 Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) di Jakarta, dilansir Antara Senin (28/1/2019).
Kalau dari segi geografis maka berdasarkan buku putih tersebut, menurut dia, daerah yang memiliki potensi untuk dibangun PLTN antara lain Kalimatan (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan), Sumatera bagian timur (Bangka-Belitung), Jawa bagian utara (Jawa Tengah).
“Jika itu bisa dibangun 10 pembangkit kapasitas 1400 Mega Watt (MW) berarti 14.000 MW bisa dihasilkan di Kalimatan. Jika itu terjadi, Kalimantan siap menjadi kawasan industri baru karena energi tersedia,” ujar dia.
Lebih lanjut, Nasir mengatakan harga listrik yang dihasilkan PLTN ini relatif murah. Namun demikian masih perlu didiskusikan lagi teknologi nuklir yang akan diterapkan.
“Apakah pakai High Temperature Gas Coolled Reactor (HTGR), itu belum proven harus riset lagi. Mungkin bisa pakai PWR (Pressurized Water Reactor) dan HWR (Heavy Water Reactor, teknologinya dari Jepang, Rusia, Prancis atau Jerman,” ujar dia.
“Iya Kalimantan Barat tertarik, ini karena Malaysia juga berkeinginan membangun pembangkit yang sama. Ini masalah kebijakan politik juga, tadi tunggu (selesai) proses Pilpres dulu,” Nasir membenarkan terkait ketertarikan Kalimantan Barat untuk membangun PLTN.
Djarot Sulistio Wisnubroto Peneliti nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengatakan, pemerintah belum memutuskan teknologi apa yang mungkin digunakan di Kalimantan Barat, apakah PWR atau HTGR.
“Terlalu dini untuk membuat keputusan tersebut, karena terlalu teknis. Yang penting ada keputusan pemerintah untuk go nuclear dulu,” ujar dia.
PWR, menurut dia, adalah jenis teknologi reaktor nuklir yang menggunakan pendingin air dan paling banyak digunakan di dunia. Lebih dari 60 persen PLTN di dunia menggunakan teknologi ini.
PWR yang beroperasi sekarang ini merupakan generasi tiga, yang fokus dikembangkan untuk listrik dengan daya besar. Sedangkan HTGR merupakan reaktor berpendingin gas, termasuk teknologi mutakhir generasi empat.
HTGR, lanjutnya, tidak hanya untuk listrik saja tetapi panasnya juga dapat digunakan untuk pencairan batu bara, sebagai smelter dan membuat air tawar dari laut.
“Karena ini teknologi baru, maka lebih aman. Namun sayangnya masih dalam bentuk pilot plant. Tipe ini yang sedang dikembangkan oleh Batan sebagai lembaga penelitian dan pengembangan,” tuturnya. (ant/wil/iss)