Rudiantara Menteri Komunikasi dan Informatika mengakui, berita hoaks masih saja kerap ditemukan. Terutama menjelang digelarnya Pemilu 2019 yang akan berlangsung pada 17 April mendatang.
Tidak hanya soal politik, dia pun menyebutkan bahwa berita hoaks kini semakin beragam. Berita bohong ini juga mulai menyangkut soal sosial hingga bencana alam, yang dinilainya sudah keterlaluan.
“Hoaksnya merata, bicara soal sosial, bahkan sampai peristiwa gempa kemarin di beberapa wilayah. Ini menurut saya sudah keterlaluan, saudara kita sedang tertimpa musibah malah dijadikan bahan hoaks. Dosanya bisa dua kali lipat. Ya ikut menyebarkan fitnah dan mendzolimi saudaranya yang kena musibah,” kata Rudiantara saat mengisi materi acara Expert Sharing di Universitas Airlangga Surabaya, Jumat (8/2/2019).
Dia pun mengimbau kepada para mahasiswa agar tidak mudah terpengaruh dengan berita-berita hoaks. Dia juga mengingatkan, saat ini sudah ada UU ITE dan jangan sampai turut terlibat menjadi oknum yang menyebarkan berita hoaks.
“Pesta Demokrasi, namanya pesta ya pasti fun. Mana ada bertengkar. Mari semua berpartisipasi, jangan percaya berita hoaks. Datangilah TPS pada 17 April dan gunakan hak pilih kita,” kata dia.
Untuk menindaklanjuti berita hoaks Pemilu ini, Rudiantara mengaku pihaknya sudah bersinergi baik dengan Bawaslu. Adapun langkah-langkah yang dilakukan seperti melakukan literasi, dan giat membersihkan dunia maya dari konten-konten negatif berdasarkan laporan maupun sistem crawling (mesin sensor otomatis).
“Ada literasi yang memang dampaknya bisa jangka panjang. Lalu yang dampak menengah, kami bersihkan dunia maya berdasarkan laporan atau crawling. Kemudian kami cek, dan memang proses yang membutuhkan waktu itu ya verifikasi. Karena tidak semua berita di Kominfo saja. Kalau soal kesehatan, ya kami verifikasinya ke Kemenkes,” kata dia. (ang/dwi)