Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur mengunjungi beberapa daerah di bagian selatan Jawa Timur untuk menegaskan komitmennya membangun Jatim secara adil bersama Khofifah Gubernur Jatim.
Jumat (15/2/2019) kemarin, dia berkunjung ke Trenggalek. Salah satu misinya di Kabupaten di mana dirinya sempat menjadi bupati adalah berpamitan dengan warganya. Selain itu, dia menyampaikan pesan Khofifah.
“Ini adalah tanggung jawab moril saya sebagai mantan Bupati Trenggalek untuk berpamitan dengan seluruh warga Trenggalek. Sekaligus menyampaikan pesan khusus dari Bu Khofifah,” ujarnya di Pendopo Kabupaten Trenggalek.
Pesan itu mengena janji percepatan pembangunan di wilayah Trenggalek sebagai daerah di bagian paling selatan Jawa. Ini menjadi bagian dari komitmen Khofifah-Emil membangun Jatim secara adil.
“Bu Khofifah ingin menegaskan komitmen pemerintah saat ini, memastikan Jatim dibangun secara adil demi mengurangi ketimpangan sekaligus memperbesar perekonomian di Jatim,” jelasnya.
Emil menyebutkan, program pemerintahan yang sedang dia jalankan bersama Khofifah ini, salah satunya fokus pada pembangunan jalur-jalur baru di kawasan selatan pulau Jawa.
Trenggalek, kata Emil, menjadi satu di antara beberapa daerah lain di bagian selatan yang menjadi sasaran pemerataan pembangunan ini. Salah satunya, pembangunan pelabuhan Trenggalek untuk mendorong perdagangan jalur selatan.
Selain itu, adanya proses pembangunan jalan lintas selatan (JLS) menghubungkan Trenggalek dengan Tulungagung dengan dana dari Islamic Development Bank (IDB). Proyek JLS ini, kata Emil, sedang dalam tahap perampungan pra kualifikasi.
Emil juga menegaskan, dirinya akan terus mengawal proyek pembangunan strategis nasional yang tengah dikerjakan di Kabupaten Trenggalek. Dari pembangunan Bendungan Tugu, Bendungan Bagong, sampai pemanfaatan Anjungan Cerdas.
“Perlakuan aset saat ini tengah dibahas dengan Kementerian PU terhadap ajungan itu, yang berpotensi menjadi inkubator ekonomi di kawasan Selingkar Wilis,” katanya.
Selingkar Wilis adalah konsep pengembangan dan pembangunan sejak masa kampanyenya bersama Khofifah, yakni di daerah gugusan Mataraman. Dari Kediri, Ponorogo, Nganjuk, Madiun, Magetan, sampai Kabupaten Ngawi.
Emil juga menyatakan perhatiannya atas recovery pembangunan Pasar Pon pasca terbakar. Sebab, setidaknya ada 700 sampai seribu pedagang yang membutuhkan perhatian pemerintah pascaterbakarnya pasar itu.
“Dan skala pasar ini menjadi perhatian provinsi. Pemprov tidak hanya membantu yang bersifat strategis, tapi hal-hal yang juga atensi dari kabupaten dan melibatkan pusat. Termasuk pembangun GOR dari APBN juga perpustakaan dan penerapan SLRT,” ujarnya.
Setelah dari Trenggalek, dia juga berkunjung ke Tulungagung, Kabupaten Kediri, dan Kota Kediri. Di Tulungagung Emil juga membahas beberapa proyek pembangunan di wilayah Mataraman serta komitmennya untuk mendorong pembangunan berbasis kewilayahaan bukan sekadar sektoral.
“Peningkatan peranan Bakorwil akan segera dilakukan untuk mempercepat pembagian pembangunan kue ekonomi yang lebih efektif dengan kepala daerah di wilayah eks karesidenan Madiun dan Kediri,” katanya.
Dalam pertemuan itu, Maryoto Birowo Plt Bupati Tulungagung menyatakan komitmen dan harapannya kepada Pemprov Jatim agar mengawal terwujudnya finalisasi trase Selingkar Wilis, beserta rencana pembiayaan dengan kombinasi pusat, provinsi, dan kabupaten.
“Supaya poros utama Selingkar Wilis maupun sirip-siripnya terbangun dan terwujud bersatunya ekonomi masyarakat di enam kabupaten. Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk, Ponorogo, Madiun, dan Kediri,” katanya.
JLS Tulungagung dan Trenggalek juga dibahas dalam pertemuan ini. Termasuk pengembangan pariwisata terpadu antara Kawasan Popoh dan Pantai Prigi, serta pemanfaatan Pelabuhan Niaga untuk pengembangan industri yang mulai bergeliat di Kecamatan Campurdarat dan Kecamatan Bandung, Tulungagung, dan sekitarnya.
Mereka juga membahas produk unggulan Tulungagung seperti produk konveksi dan marmer yang berpotensi dikirim ke Pulau Bali melalui pelayaran jalur selatan.
Dalam hal penyelengggaraan kesehatan, RSUD Dr. Iskak juga diperbincangkan dalam pertemuan mereka. RS ini akan menjadi rujukan bukan hanya di wilayah mataraman timur meliputi Tulungagung, Blitar, Trenggalek, tapi juga Madiun dan Ponorogo.
Sementara, dalam pertemuan dengan Wali Kota Kediri Emil membahas potensi besar yang dimiliki Kediri sebagai lokasi yang akan terkoneksi dengan Jalan Tol Kertosono-Kediri, serta tentang rencana pembangunan bandara.
Emil juga membahas rencana pembangunan SMA Taruna seperti SMA Taruna Nusantara di Magelang dengan lahan sekitar 2,5 hektar dan membutuhkan kawasan yang ada di bawah atau dalam lingkungan perhutani, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Dalam pertemuan itu juga dibahas banyak hal seperti online single submission yang dikhawatirkan tidak menjadi perhatian kepala daerah. Misalnya berkaitan arus lalu lintas dan ketersediaan lahan parkir.
Contohnya, bila sebuah mal dengan bioskop jaringan besar di Kota Kediri yang dikhawatirkan menimbulkan kemacetan jika tidak disertai ketersediaan lahan parkir dan manajemen lalu lintas memadai.
“Kami juga membahas kesinambungan jaringan jalan termasuk jembatan yang akan menjadi penghubung kawasan bandara dengan Kota Kediri. Kota Kediri memiliki keterbatasan karena tidak boleh melewati delapan lantai sebagai restriksi yang diterapkan TNI,” kata Emil.
Emil juga menemui Bupati Kediri, membahas jalan-jalan strategis seperti jembatan yang belum tersambung di Jalur Mojo-Ploso di Kediri, juga status pengadaan tanah Bandara.
Maret mendatang, groundbreaking bandara baru di Kediri diharapkan berlangsung. Hal ini memerlukan dukungan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) dan solusi agar pengadaan tanah bisa tepat waktu.
“Ini merupakan proyek strategis nasional yang memerlukan perhatian dari provinsi,” kata Emil.
Menurut Emil, Bupati Kediri memiliki inisiatif yang baik soal pengembangan desa wisata yang diharapkan bisa mendorong kreatifitas warga.
Adapun desa wisata yang akan dikembangkan di Kabupaten Kediri seperti Desa Wisata yang ada ke arah Kandangan, ke arah Batu, maupun yang ada di sisi barat Sungai Brantas.(den/dwi)