Media massa sebagai media jurnalistik profesional tidak boleh menjadi follower media sosial. Ini dikatakan Agus Sudibyo Komisioner Terpilih Dewan Pers pada acara Rembuk Migas dan Media, dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2019 yang diadakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim di Hotel Kampi, Surabaya pada Rabu (6/2/2019).
Agus mengatakan, media sosial sekarang ini membawa perkembangan negatif yang dinamakan dengan jurnalisme Hit and Run. Gaya jurnalisme ini menurut Agus adalah model media massa yang buru-buru memberitakan suatu informasi viral di media sosial tanpa mengklarifikasi kebenaran informasi tersebut.
“Sayangnya di media sosial kan yang berkembang sekarang jurnalisme hit and run. Hajar dulu, beritakan dulu, klarifikasi nanti, kalau ingat. Itu yang saya maksud menjadi follower media sosial, cara-cara yang serba instan, spontan,” kata Agus ketika ditemui usai mengisi materi di perayaan HPN 2019 yang diselenggarakan oleh PWI Jatim di Surabaya pada Rabu (6/2/2019).
Ia mengatakan, wartawan harus memikirkan kredibilitas sumber agar proses tabayyun dan verifikasi tetap dijalankan. Menurutnya, jika wartawan tidak memiliki perbedaan dalam memberitakan suatu informasi dengan yang ada di media sosial, masyarakat tentu memilih media sosial.
“Apa keunggulan komparatif portal berita dengan medsos? Kalau sama saja, ya mereka (masyarakat, red) akan milih medsos,” pungkasnya.
Sebagai informasi, PWI Jatim menggelar diskusi “Rembuk Migas dan Media” dalam rangka menyambut HPN 2019 yang jatuh pada 9 Februari 2019 mendatang. Dalam acara ini hadir juga Hadi Prasetyo pengamat migas, Yopie Hidayat pengamat ekonomi, dan Doni Arianto Kepala Humas SKK Migas perwakilan Jabanusa. Pada sesi kedua, juga hadir beberapa tokoh media ternama seperti Errol Jonathans CEO Suara Surabaya, Imawan Mashuri wartawan senior, Abdul Rokhim Pimred Jawa Pos, dan Budiono Darsono Presiden Komisaris Kumparan. (bas/wil)