Penanganan banjir di Kabupaten Madiun sejak Selasa (5/3/2019) kemarin, menghadapi beberapa kendala, salah satunya tidak adanya pembuangan air dari pipa yang dipasang untuk menyedot air. Hal ini disampaikan oleh Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur kepada Radio Suara Surabaya, Kamis (7/3/2019).
“Di Kecamatan Balerejo ada 12 pompa air, tetapi pompa itu tidak efektif karena pembuangan airnya tidak ada. Kanan kiri masih ada banjir. Maka yang ditunggu adalah surutnya banjir di Bojonegoro, berharap banjirnya akan teralirkan ke laut. Ini banjir Madiun setara dengan banjir Bojonegoro. Kalau banjir Bojonegoro surut maka di Madiun akan surut juga,” kata Khofifah.
Untuk itu pihaknya akan membangun kantong pasir atau sand bag untuk menahan dua bendungan yang jebol diantaranya di Balerejo Madiun. “Kami berikan sand bag dulu disitu, dikasih gronjogan, jangka panjangnya memang plengsengan, tapi masih dihitung kalau blengsengan butuh berapa kilo,” ujarnya.
Di sisi lain, dapur umum juga sudah dibangun, dilengkapi layanan kesehatan khususnya di titik pengungsian Baron dan Balerejo.
Kedepan, Gubernur Jatim mengatakan bersama para ahli akan melakukan pemetaan sungai Bengawan Solo dan membangun sudetan. Ini dikarenakan, menurut pawa ahli, Bengawan Solo membutuhkan 5 sudetan, di beberapa wilayah.
“Saya masih terus koordinasi dengan Pakde Karwo minta finalisasi RT-RW di Jatim. Kita butuh lahan yang melintasi Kabupaten-kabupaten untuk berkenan dibuat sudetan, sekarang masih ada dua, jadi butuh sudetan misalnya di Ngawi atau Madiun,” imbuh Khofifah.(tin/rs)