“Sumber Daya Manusia Unggul, Indonesia Maju” menjadi tema perayaan Ulang Tahun ke 74 Kemerdekaan Republik Indonesia, Sabtu (17/8/2019). Di mana, peningkatan SDM sangat diperlukan untuk menjawab tantangan global.
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim mengatakan, Jawa Timur punya pekerjaan rumah untuk mempersiapkan SDM unggul. Salah satunya, soal Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jatim yang masih berada diurutan ke 15 se-Indonesia.
Untuk mempersiapkan SDM yang unggul ini, lanjut dia, akan dilakukan upaya. Seperti mendorong semua lini dan elemen strategis masuk ke sektor UMKM. Menurutnya, itu akan memberikan nilai tambah bagi daya beli masyarakat secara signifkan.
“Mempersiapkan SDM yang unggul ini rasanya memang akan jadi semangat Pemprov Jatim. Terutama menggandeng lembaga pendidikan dan kesehatan, serta yang siap memberikan mentoring atau pendampingan bagi pelaku UMKM,” kata Khofifah, Sabtu (17/8/2019).
“Dan rasanya Indoensia maju kalau masing-masing daerahnya juga maju. Ini juga akan memacu dan memicu semangat bagaimana kabupaten/kota di Jatim termotivasi dengan tema tahun ini. Karena kalau kata Pak Joko Widodo Presiden, tidak hanya lebih baik dari hari kemarin tapi juga lebih baik dari bangsa-bangsa lain,” jelasnya.
Menurut Khofifah, Jatim perlu melakukan terobosan untuk sama-sama maju seperti daerah lainnya. Misalnya saja dari segi pembangunan atau infrastruktur. Pemprov Jatim mencoba mengembangkan jaringan transportasi berbasis kereta di wilayah Gerbangkertosusila.
Selain itu, juga bisa mengembangkan potensi wisata di masing-masing daerah di Jatim. Salah satunya, dengan menambah daya dukung alam. Seperti pembangunan kereta gantung di Bromo Tengger Semeru.
Berdasarkan data, wisatawan dari Eropa yang paling banyak berkunjung ke Jatim. Namun, untuk masa tinggalnya tidak seberapa lama. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di Bali, dan beberapa hari saja di Jatim.
Dengan demikian, kemajuan Indonesia hanya bisa dicapai kalau ada kemajuan provinsi, kabupaten, dan kota. Masing-masing daerah yang punya keunggulan perlu dipromosikan dan jangan sampai merusak daya dukung alam di sekitarnya.
“Jadi hal-hal yang berkaitan dengan daya dukung alam tidak boleh terganggu. Tapi arus wisata bisa diatur. Paling tidak mereka (wisatawan, red) bisa nambah masa tinggalnya. Baik itu ke Bromo atau Ijen,” kata dia. (ang/iss)