Minggu, 24 November 2024

Ketua PSGA: Alumnus Unesa Tak Boleh Jadi Guru yang Main Kekerasan

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Launching Pusat Studi Gender dan Anak di Kampus Unesa, Surabaya pada Jumat (26/4/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Mutima Faidah Ketua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Unesa menegaskan, lulusan Unesa tidak boleh menjadi guru yang suka main kekerasan dan tidak melindungi anak. Ini dikatakannya ketika menjadi pembicara dalam Launching Pusat Studi Gender dan Anak di Kampus Unesa, Surabaya pada Jumat (26/4/2019).

Ia menyebut, berdasarkan data yang diambil dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sebanyak 161 kasus kekerasan pada anak terjadi di lembaga pendidikan. Kasus-kasus ini beragam, mulai dari kasus kekerasan antar siswa, kasus kekerasan yang dilakukan guru pada siswa, dan karyawan pada siswa.

“Kita perlu merumuskan sekolah seperti apa sih yang aman dan nyaman.
Anak harua bisa bertumbuh kembang sesuai masa psikologisnya,” ujarnya.

Kedepan, Mutima mengaku akan melakukan pendampingan pada sekolah-sekolah yang menjadi wilayah Unesa agar lebih memiliki pemahaman perlindungan terhadap siswa. Selain itu, mempersiapkan guru yang berkualitas tak kalah penting untuk dilakukan.

“Poin pentingnya adalah guru. Nah, artinya ini tak lepas dari institusi pencetak guru. Unesa sendiri adalah 1 dari 15 LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, red) yang ada di Indonesia,” kata Mutima.

Untuk itu, PSGA akan gencar melakukan pelatihan bagi mahasiswa calon guru di Unesa agar menjadi guru-guru yang ramah anak. (bas/tin/rst)

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
33o
Kurs