Inspektur Jenderal Polisi Mohammad Iqbal Kadiv Humas Polri mengatakan, ibarat mesin mobil masa kampanye pemilu ini seperti mobil yang sudah dinyalakan bahkan sejak Pilkada.
“Panas memang, karena kontestasi politik. Kami (polisi) akan tampil sebagai radiatornya. Cooling system, sehingga yang panas tadi, mesin mobil, tidak sampai overheat,” ujarnya di acara Santun Bermedia, Rabu (6/2/2019).
Dia mengatakan, bila sampai mesin mobil Pilpres itu panas berlebihan (overheat), kata Iqbal, negara ini bisa goyang. Polisi, kata dia, sesuai undang-undang berada di depan sebagai mesin pendingin.
“Kami anjurkan masyarakat membantu. Dari seluruh elemen, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat, semuanya membantu mendinginkan situasi,” katanya.
Dia mengatakan, media mainstream di Indonesia telah berlaku cukup santun. Dia mengacu dari kecenderungan media mainstream saat ini yang masih merujuk pada media sosial.
“Nah, media sosial ini mereka bisa menjadi reporter sendiri, menjadi pemred sendiri, tidak ada chief of editor. Kita tahu bahwa berita bohong, hoaks, ada di mana-mana. Mafindo mencatat sejak 2015 naiknya luar biasa,” ujarnya.
Pada 2015 lalu, kata Iqbal, dalam satu tahun hanya 10 kasus hoaks. Pada 2018 jumlahnya meningkat hampir mencapai 100 kasus hoaks. Ini menurutnya peningkatan kasus yang luar biasa.
“Nah ini harus kita kelola bersama. Salah satunya cara, dengan menumbuhkan nasionalisme,” ujarnya.(den)