Kusnadi Wakil Ketua DPRD Jatim menyampaikan data yang menurutnya mengejutkan. Seribu anak teridentifikasi stunting di Pujon, Kabupaten Malang, salah satu pusat produksi susu sapi di Jatim.
“Saya kaget, di sana ada pusat pabrik susu. Bahkan Nestle juga ada di sana. Tapi kenapa sampai ada stunting dan angkanya cukup tinggi?” Ujar Kusnadi di DPRD Jatim Jumat (30/8/2019).
Dia menuding, selama ini data penderita stunting di Jawa Timur tidak seluruhnya terungkap. Data akurat anak-anak yang terindikasi stunting menurutnya sangat penting untuk penanganan tepat sasaran.
Kabupaten Malang misalnya. Menurutnya, tidak terdata secara detail berapa banyak penderita stunting di kabupaten itu. Data yang dia punya, stunting di Malang mencapai empat ribu anak.
“Kenapa kemarin data ini tidak ada? Karena memang ditutup-tutupi,” kata pria yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur. Dia berharap semua pihak di Jawa Timur terbuka soal data stunting.
Dia ingatkan, sudah tidak perlu lagi mencari pencitraan. Fakta-fakta yang mencitrakan kekurangan di Jawa Timur menurutnya perlu diperbaiki bersama, bukannya malah disembunyikan.
Kusnadi menyebutkan, data Komisi E DPRD Jatim Bidang Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan, pemerintah menganggarkan penanganan stunting sebesar Rp12,2 miliar di APBD 2019.
“Kami berharap penggunaan anggaran itu bisa maksimal sehingga angka penderita stunting di Jawa Timur bisa terus ditekan,” katanya.
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur mengatakan, pemerintah serius menangani stunting. Tidak sendirian, dalam waktu dekat Bank Dunia akan turut terjun ke Jawa Timur.
Perwakilan Bank Dunia dalam waktu dekat akan melakukan pemetaan kasus stunting di Jawa Timur. Khofifah berharap ada data lebih akurat yang hasil pemetaan yang dilakukan bersama Bank Dunia.
“Besok Senin (2/9/2019) dari Washington DC, bank dunia akan melakukan pemetaan dengan intervensi lebih tajam. Bagaimana stunting, bagaimana di Jatim?” kata Khofifah.
Beberapa waktu lalu setelah melakukan kunjungan ke Sumenep bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Perhubungan, Khofifah mengatakan, cukup banyak kasus stunting di kabupaten itu.
“Stunting ini dasarnya, kalau agak vulgar, masa depan tidak cerah atau bisa menjadi sumber kemiskinan. Karena itu dari remaja, enggak cuma saat hamil dan balita, harus dibangun lifestyle sehat,” katanya.
Menukil pernyataan Menkes, Khofifah mengatakan, kalau pencegahan stunting dimulai saat kehamilan, menurutnya sudah telat. Harus dimulai sejak remaja dengan sosialisasi lebih komprehensif.
“Orang menganggap stunting itu cebol, atau pendek. Tidak hanya itu, otaknya juga tidak berkembang. Ini harus diedukasi kepada masyarakat. Dunia akademis juga harus terlibat,” ujarnya.
Khofifah bilang, dalam dua kali pertemuan dengan para rektor perguruan tinggi di Jawa Timur, dia meminta peran serta perguruan tinggi ini terutama dengan melibatkan mahasiswa yang menempuh Kuliah Kerja Nyata (KKN).
“Kami ingin KKN makin tematik sifatnya, itu akan menjadi bagian dari penyelesaian masalah secara sinergis. Saya memberikan pemetaan kemiskinan, saya memberikan pemetaan IPM termasuk di dalamnya stunting, angka kematian ibu,” ujarnya.
Secara khusus dia adalah meminta Rektor Universitas Negeri Jember (UNEJ) yang kebetulan juga Ketua Paguyuban PTN. Dia meminta KKN UNEJ fokus pada penurunan angka kematian ibu.
“Di Sidoarjo dan Jombang, misalnya, angka kematian bayi. Kami sedang petakan karena dua kali pertemuan dengan rektor PTN, PR-PR ini yang kami sampaikan dan mereka sudah melakukan FGD,” ujarnya.(den/tin/iss)