Muhammad Nuh Ketua Dewan Pers berpesan, kompetensi wartawan harus sampai level Foresight. Pesan ini disampaikan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu dalam safari Jurnalistik yang digelar di Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim di Surabaya pada Kamis (31/10/2019).
Menurutnya, selain mampu menjelaskan apa (hindsight) dan kenapa (insight) sebuah fenomena terjadi, wartawan Indonesia harus mampu memprediksi (foresight) hal yang mungkin terjadi dari sebuah fenomena.
“Yaitu kemampuan untuk membaca kedepan kayak apa. Jadi mulai apa yang terjadi, kenapa terjadi, hingga apa yang akan terjadi. Bisa memprediksi. Jika pemberitaan njenengan satu mata rantai, jadi bisa memberikan rekomendasi pada pihak terkait,” ujar Nuh kepada puluhan wartawan di Surabaya pada Kamis (31/10/2019).
Ia yakin, jika wartawan menguasai ketiga level kompetensi tersebut, tugas jurnalisme untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bisa tercapai. Sehingga, masyarakat nantinya bisa memiliki pengetahuan untuk menentukan kebenaran sebuah informasi yang beredar.
“(Tugas, red) How to educate people, akan dapat. Ujungnya nanti, masyarajat kita akan cerdas. Maka kita masing-masing akan bisa lakukan self sensoring. Jadi tau mana berita ngarang atau gak,” jelasnya.
Ia juga memberikan semangat kepada para wartawan yang sedang mengikuti pelatihan. Ia menegaskan, kemerdekaan pers adalah hal mutlak. Menurutnya, ada tiga rumus utama membuat kemerdekaan pers menjadi berkualitas.
“Kemerdekaan pers itu mutlak, tapi kemerdekaan pers bisa berkualitas kalau kompetensi wartawan top, jadi terus upgrade, upgrade, beri perlindungan, dan (wartawannya, red) sejahtera. Tiga itu rumusnya,” pungkasnya. (bas/ipg)