Suban Wahyudiono Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Jawa Timur mengatakan, 99 persen penyebab kebakaran hutan, termasuk di Jawa Timur, karena ulah manusia.
“Bisa karena buang rokok sembarangan saat angin kencang, atau lainnya. Susah ditebak atau dicari, sekarang. Tetapi hasil kajian, 99 persen ulah manusia,” katanya kepada suarasurabaya.net, Senin (5/8/2019).
BPBD Jatim memiliki alat pemantau titik panas (hotspot) dengan citra satelit. Pusat Pengendalian dan Operasional (Pusdalops) BPBD Jatim mampu mendeteksi dini kebakaran hutan dengan alat itu.
Tidak jarang, kata Suban, citra panas yang muncul pada alat pantau itu, ketika dikonfirmasi ke lapangan, berasal dari kegiatan warga setempat membakar lahan supaya siap ditanami.
Kebakaran hutan di Taman Hutan Raya Raden Soerjo yang wilayahnya berada di Gunung Arjuno-Welirang-Anjasmoro terjadi sejak sepekan lalu, tepatnya pada Minggu (28/7/2019) lalu.
Suban menjelaskan, penanganan cepat BPBD sebenarnya sudah berhasil memadamkan titik api pada Senin (29/7/2019). Namun, karena hembusan angin kencang kebakaran kembali terjadi.
Saat ini masih terdapat tujuh titik api di Gunung Arjuno dan enam titik api di Gunung Welirang. Titik api yang berada di Arjuno, kata Suban, saat ini sangat sulit dijangkau.
Bara api sisa kebakaran sebelumnya itu ditemukan di Blok Gentong Growah, Gunung Arjuno, yang memiliki kemiringan lebih dari 60 derajat.
“Untuk mencapai lokasi, butuh waktu lima sampai enam jam. Sangat sulit. Rapat dengan Bu Gubernur, beliau perintahkan kami meminta bantuan water-bombing ke BNPB dan disetujui,” katanya.
Satu unit helikopter MI-8 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana berangkat dari Palangkaraya ke Bandara Abdulrahman Saleh dan tiba pada Jumat (2/8/2019).
Sabtu (3/8/2019) pagi, helikopter sudah melakukan pemadaman dengan metode water-bombing ke sejumlah titik api yang dipetakan, dengan air yang diambil dari Bendungan Selorejo.
“Ini adalah penanganan kebakaran hutan dengan water-bombing yang pertama kali dilakukan BPBD Jatim selama berdiri,” kata Suban.
Dia berharap, masyarakat dan pendaki (saat kebakaran terjadi ada 91 pendaki yang telah dievakuasi) tidak lagi melakukan apa-apa yang bisa menyebabkan kebakaran hutan di musim kemarau ini.
Perlu diketahui, kebakaran di Lereng Arjuno itu bertipe kebakaran lantai hutan. Banyak serasah daun cemara yang menumpuk dan kering di musim kemarau, yang sangat mudah terbakar.(den/dwi/rst)