Bernardus Widjaja Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan meskipun tsunami Anyer juga tidak menunjukkan tanda kenaikan air sebelumnya, bukan berarti sama dengan kejadian yang terjadi sekarang sebab pemicunya berbeda.
“(Tsunami Anyer) kelihatannya tsunaminya bukan dipicu oleh gempa. Tahun lalu akibat aktivitas gunung api,” ujar dia, di Jakarta, Jumat (2/8/2019).
Ia berkata, peristiwa di Anyer sering disebut tsunami diam karena tanpa ada gempa lalu tiba-tiba saja tsunami. Itu berbeda dengan sekarang yang sudah terjadi gempa namun tidak menunjukkan kenaikan muka air laut ketika dipantau dari beberapa titik.
“(Tsunami Anyer) ada aktivitas material gunung api yang jatuh ke laut menyebabkan longsoran di bawah laut. Jadi bedanya di situ,” ujar Wisnu, seperti dilansir Antara.
BMKG pun secara resmi sudah mengakhiri peringatan tsunami akibat gempa dengan magnitudo 7,4 di barat daya Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, sekitar 19.03 WIB Jumat (2/8/2019).
Dwikorita Karnawati Kepala BMKG dalam jumpa pers di Kantor BMKG, Jumat malam, berkata, telah mencabut peringatan dini itu setelah menunggu selama dua jam sesuai prosedur standar operasional mereka.
Sebelumnya dia berkata, peringatan dini tsunami belum diakhiri hingga dua jam pascagempa atau sekitar pukul 21.35 WIB.
Gempa Bumi terjadi pada hari Jumat, 2 Agustus 2019, pukul 19:03:21 WIB. Berdasarkan BMKG pusat gempa bumi terjadi dengan koordinat 104.58 BT dan 7.54 LS, dengan kekuatan 6.9 pada kedalaman 10 km, berjarak 137 km barat daya Sumur, Pandeglang.
Kasbani Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM berkata, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) gempa bumi dengan magnitudo 6.9 semalam disebabkan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.(ant/iss)