Airlangga Pribadi Dosen FISIP Unair yang juga salah satu Tim Navigasi Program Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim menjelaskan tentang batalnya pertemuan Aliansi Kekuatan Sipil dengan Gubernur Jatim di Grahadi, Selasa (8/10/2019).
Menurutnya, yang terjadi dalam pertemuan yang sudah terencana itu hanya karena adanya miskomunikasi. Dia menegaskan, pertemuan itu sebenarnya pertemuan rutin Forkopimda Jatim.
“Sebetulnya, ini pertemuan rutin Forkopimda. Pihak mahasiswa yang sebelumnya minta dikomunikasikan ke Bu Gubernur, melalui saya, agar bisa berdialog tentang apa yang mereka suarakan dalam aksi. Saya rasa tadi terjadi miskomunikasi,” katanya.
Airlangga menyatakan permintaan maaf kepada Gubernur, Kapolda, dan Pangdam V Brawijaya sebagai tuan rumah dalam pertemuan itu. Menurutnya, miskomunikasi yang terjadi berupa sikap penolakan makan oleh mahasiswa masih bisa diperbaiki.
Dia berharap, mahasiswa bisa instrospeksi diri. Proses dialog, katanya, tidak hanya soal isu atau wacana yang harus sudah klir, tetapi juga perlu keadaban. Keadaban ini menurutnya bagian dari budaya di Indonesia dan negara lain.
“Saya kira, orang datang ke rumah disuguhi makanan dan minuman sudah biasa. Tamu juga harus menghormati tuan rumah. Artinya, kita masih perlu pembelajaran bagaimana berpolitik yang santun dan beradab, juga pembelajaran dalam berdemokrasi,” katanya.
Airlangga menegaskan, Gubernur, Kapolda, dan Pangdam sudah bersedia meluangkan waktu di antara kesibukan mereka untuk berdialog dengan mahasiswa. Dia tegaskan, tidak ada tendensi atau preseden bahwa Gubernur menolak dialog.
“Terkait penghormatan, saya pikir dari Istana sampai gubuk, dari orang kaya sampai orang miskin, kalau ada orang datang ke rumah, disuguhi makanan, pasti dimakan. Itu bagian dari keadaban di Indonesia dan di negara manapun,” ujarnya.
Airlangga mengatakan, penjadwalan ulang pertemuan atau dialog Gubernur dengan mahasiswa itu akan dipertimbangkan oleh Gubernur. Asalkan situasi dan kondisinya memungkinkan secara dialogis.
Soal aksi lanjutan #SurabayaMenggugat, dia mengaku tidak paham mengenai persoalan itu. Pertemuan dengan Gubernur itu, menurutnya, adalah upaya untuk mencari proses dialog.
“Artinya, Gubernur sendiri peduli dengan mahasiswa. Dengan tuntutan-tuntutan aksi mereka. Gubernur juga sudah mengapresiasi aksi mereka yang damai. Tadinya, kami mengira mahasiswa sendiri juga menyadari ini, karena mereka sudah dewasa dan berilmu,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam pertemuan di Grahadi itu, Aliansi Kekuatan Sipil yang terdiri dari elemen mahasiswa, BEM, pekerja, dan elemen masyarakat lainnya belum sempat bertemu Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim.
Pemandu acara mempersilakan tamu undangan di ruang terbuka di tepi Kalimas belakang Grahadi untuk menikmati bermacam hidangan yang sudah disajikan untuk tamu.
Pada situasi itu, Zamzam Syahara Korlap Aliansi Kekuatan Sipil mengambil mikropon dan mengimbau rekannya yang lain agar tidak makan sebelum tuntutan mereka diterima Gubernur.
Imbauan tidak makan ini membuat suasana berubah drastis. Sempat terjadi debat tentang esensi acara itu antara aliansi dengan pihak Pemprov Jatim yang berujung batalnya pertemuan tersebut.(den/tin/ipg)