Melihat tingginya prevalensi penderita diabetes di Indonesia, Indrawaty Paramitha Halim mahasiswi Bioteknologi Ubaya mengolah buah okra menjadi yoghurt, untuk penderita diabetes.
Indrawaty Paramitha Halim mahasiswi program studi Bioteknologi Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) mengolah buah okra menjadi yoghurt untuk penderita diabetes. Mengingat prevalensi penderita diabetes di Indonesia yang cenderung tinggi.
Yoghurt olahan Indrawaty berbahan buah okra yang berdasarkan hasil penelitian memang kaya manfaat untuk menurunkan kadar gula darah dalam tubuh. Dan itu yang diharapkan Indrawaty pada karya olahannya tersebut.
Okra merupakan tanaman yang keberadaannya belum dikenal luas oleh masyarakat. Banyak orang yang belum mengetahui manfaat okra bagi kesehatan tubuh. Pada bagian buah okra terdapat serat sebesar 1,7 persen yang sangat baik untuk menurunkan gula darah bagi penderita diabetes.
“Yoghurt berbahan buah okra ini memiliki dua manfaat yaitu untuk kesehatan sistem pencernaan sekaligus juga untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Dan dari hasil penelitian diketahui bahwa okra juga memiliki serat dan antioksidan tinggi,” terang Indrawaty.
Untuk memberikan rasa sekaligus membedakan dengan yoghurt yang dijual di pasaran, Indrawaty memilih menambahkan coconut palm sugar atau gula merah agar ada sentuhan rasa yang unik dan mengurangi rasa sepet.
Dalam proses pembuatannya, Indrawaty tidak asal memilih menambahkan coconut palm sugar pada yoghurt olahannya. “Dari penelitian, ternyata coconut palm sugar yang memiliki kandungan glikemik jauh lebih rendah yaitu 35 yang termasuk dalam kategori rendah (>55) dari pada gula pasir tebu yaitu 64 yang termasuk dalam kategori lebih tinggi (>70),” kata Indrawaty.
Pembuatan produk yoghurt okra merupakan bagian dari skripsi milik Indrawaty yang berjudul Pembuatan Yoghurt Okra (Abelmoschus Esculentus) dengan Penambahan Gula Merah Kelapa. Beberapa tahapan termasuk proses produksi dan uji organoleptik terhadap 25 orang terkait warna dan rasa produk, sudah dilakukan.
Sedangkan proses pembuatan yoghurt okra memerlukan waktu sekitar tiga hingga empat hari. Yoghurt okra menggunakan dua kultur bakteri yaitu Lactobacillus Acidophilus dan Streptoccocus Thermophilus.
Secara sederhana, Indrawaty menjelaskan proses pembuatan yoghurt okra dimulai dengan bakteri ditanam pada media pertumbuhan bakteri, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Selanjutnya kultur cair bakteri dipindahkan ke media starter untuk diinkubasi kembali selama 24 jam.
Selanjutnya, buah okra dipotong untuk direndam pada air dan hasil air rendaman buah okra (maserasi) selama 24 jam dipanaskan untuk melarutkan coconut palm sugar.
Langkah berikutnya adalah menurunkan suhu hingga 70 derajat celcius untuk melarutkan susu skimnya. Setelah larut, suhu diturunkan lagi hingga 45 derajat celcius untuk memasukkan kultur starter (bakteri) lalu diinkubasi kembali selama 24 jam untuk menghasilkan yoghurt okra.
“Yang agak sulit adalah membuat bakteri untuk tetap bisa bertahan digunakan sebagai bagian dari proses pembuatan yoghurt ini. Selebihnya tidak ada kendala berarti sampai proses menjadi yoghurt,” papar Indrawaty.
Sementara itu, ditambahkan Ruth Chrisnasari S.TP., M.P Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang juga kepala Laboran Purifikasi dan Biologi Molekular Universitas Surabaya, berharap karya-karya para mahasiswa memberikan solusi bagi kesehatan masyarakat.
“Semoga akan banyak mahasiswa Fakultas Teknobiologi Ubaya terus berkreasi membuat solusi bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. Seperti produk yoghurt okra milik Indrawaty ini dapat diproduksi dengan skala besar dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas,” tegas Ruth Chrisnasari, Rabu (24/7/2019).(tok/dwi)