Pasca meledaknya bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Surabaya pada 13 Mei 2018 silam, bangunan gereja di daerah Ngagel itu memang sudah kembali utuh. Namun, tepat di depan pagar gereja itu, ada dua ornamen Santo yang nampak rusak.
Dua ornamen Santo itulah yang menjadi penanda fisik satu-satunya bahwa gereja ini pernah dibom setahun silam. Tak seperti kaca-kaca pecah yang sudah diperbaiki, dua ornamen itu memang sengaja dibiarkan.
FX Ping Teja DPP Kerasulan Umum Gereja SMTB mengatakan, dua ornamen Santo itu akan menjadi penanda bahwa pernah ada peristiwa pengeboman yang ia katakan sebagai peristiwa Iman.
“Peristiwa ini bukan seperti kalau kita melihat kecelakaan bus atau pesawat. Setelah itu selesai, kan. Ini gak boleh selesai. Jadi ini tetep, peristiwa iman ini harus kita pegang, kalau bisa selamanya,” katanya menirukan perkataan Romo Alexius Kurdo Irianto, Romo Paroki Gereja SMTB saat itu.
Ornamen yang rusak akibat bom. Foto: Baskoro suarasurabaya.net
Sebenarnya, kebijakan inipun sempat mendapat pro-kontra dari umat. Pasalnya tak semua umat ingin mengenang peristiwa tersebut. Dengan adanya bekas kerusakan akibat bom yang tidak direnovasi, maka orang akan terus teringat.
“Ya ada pro-kontra. Tapi ini kebijakan Romo, bahwa ini jangan dilihat sebagai tragedi, Tapi peristiwa Iman. Jadi sampai sekarang masih dipertahankan,” ungkapnya.
Tak hanya dengan mempertahankan dua ornamen santo yang rusak, upaya mengenang peristiwa ini juga dilakukan dengan menjadikan tanggal 13 sebagai tanggal penting untuk berdoa bersama.
“Sejak peristiwa itu, tanggal 13 adalah tanggal yang bagi kami harus betul-betul diingat. Tiap tanggal 13 itu, kami berdoa bersama. Itu untuk menghidupkan iman kita,” pungkasnya. (bas/tin/dwi)