Jumat, 22 November 2024

Waspada, Hepatitis A Tidak Ada Obatnya

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi.

Kasus peningkatan pasien Hepatitis A di Kabupaten Pacitan, yang dinyatakan memenuhi kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, tidak bisa diremehkan.

Kohar Hari Santoso Kepala Dinkes Jatim mengatakan, karena Hepatitis A adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, maka penyakit ini tidak ada obatnya. Padahal, dampak penyakit ini bisa jadi fatal.

“Kalau virus hepatitis B dan C bisa berdampak kronis, bisa sirosis (hati mengalami luka). Kalau A ini, biasanya tidak seperti itu, tapi bisa mejadi lebih luas dan kronis juga bisa. Karena disebabkan virus, sebenarnya tidak ada obatnya,” katanya.

Meski demikian, bukan berarti penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Kohar mengatakan, obatnya, adalah meningkatkan daya tahan tubuh supaya orang bersangkutan memiliki antibodi yang cukup untuk melawan virus.

“Nah, untuk itu, orangnya (penderita) harus tirah baring atau bed rest, lalu harus mendapat suplai makanan bergizi tinggi, dan mendapat (suplemen) roboransia untuk menambah daya tahan tubuh,” ujarnya.

Dinkes Jatim lebih mengkhawatirkan pada penyebaran penyakit ini yang bisa meluas. Karena itu, langkah penanganan yang dilakukan adalah dengan melakukan tata laksan pasien.

“Jadi orang yang sakit harus dijaga, disembuhkan, dan jangan menjadi sumber penularan lain. Karena penularannya secara fecal-oral, melalui sesuatu yang masuk pada saluran pencernaan,” katanya.

Selain itu, Kohar juga mengingatkan masyarakat agar senantiasa menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Setidaknya, kata dia, ada lima hal berikut ini yang perlu diperhatikan masyarakat.

1. Buang Air di Jamban Sehat

Kohar mengatakan, sampai saat ini masih ada lebih dari 20 persen penduduk di Jawa Timur yang masih membuang hajat di jamban yang tidak sehat.

Pemprov Jatim mendorong agar Pemda di kabupaten/kota di Jawa Timur terus memberikan pendampingan dan membantu warganya menyediakan jamban yang sehat.

2. Mencuci Tangan Sebelum Makan

Meski sebagian orang tua sudah membiasakan sejak kecil, ketika dewasa sudah lupa. Kohar mengingatkan agar masyarakat rajin mencuci tangan sebelum makan dan setelah makan.

Dia menekankan, sebisa mungkin mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar dan buang air kecil.

3. Mengelola Air Minum

“Air minum, kami ingatkan, harus direbus sampai mendidih. Jangan terburu-buru diangkat. Setidaknya tunggu antara 5-10 menit sampai virus atau kuman mati. Dan ketika disimpan, harus diberi tutup supaya tidak kemasukan sesuatu,” kata Kohar.

4. Cuci Piring dengan Air Mengalir

Kohar mengimbau agar masyarakat tidak membiasakan mencuci piring dengan air yang tidak mengalir, atau dengan sistem celup-lap dengan air yang sama.

“Mungkin makanannya memang tidak terkontaminasi. Tapi ketika ditaruh, lalu ada sisa makanan, ada potensi kuman masuk ke sana. Jadi sebisa mungkin cuci dengan air mengalir,” katanya.

5. Mengelola Sampah

“Tolong, sampah itu agar dikelola dengan baik. Jangan ditaruh sembarangan. Apalagi dibuang ke sungai, itu akan mencemari lingkungan,” ujarnya.

Kohar juga menegaskan, masih ada pemahaman masyarakat yang keliru tentang membuang popok ke sungai. “Ini, sekali lagi, pemahaman yang salah. Air sungai di hilir akan dipakai orang, dan air ini akan tercemari kalau ada sampah,” katanya.(den/ipg)

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs