Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupaya mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT/non fosil) 19,56 persen pada 2050 setelah disetujuinya Perda Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
Jawa Timur punya potensi energi terbarukan cukup besar. Potensi energi panas bumi (geothermal) di beberapa titik gunung seperti Gunung Welirang, Gunung Wilis, Gunung Ijen, Gunung Semeru, dan Gunung Bromo.
Totalnya ada 11 titik gunung di Jawa Timur yang menyimpan potensi energi panas bumi yang belum tergarap.
“Oh, iya, Geothermal, ya. Rasanya sudah ada di Ponorogo. Nah 11 titik itu masih terbuka bagi siapa saja yang mau invest,” kata Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim di Gedung DPRD Jatim, Jumat (26/7/2019).
Potensi energi baru terbarukan lainnya adalah pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah (biomassa) seperti yang dikembangkan Pemkot Surabaya, dan sudah dijual ke PLN sebesar 1,8 Megawatt.
Agaknya, Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur sedang jatuh hati pada pembangkit listrik tenaga sampah. Dia sedang berupaya mewujudkan fasilitas pengolah sampah plastik menjadi energi.
Salah satu pertimbangan Khofifah, masuknya sejumlah besar sampah plastik yang didapat delapan pabrik kertas di Jawa Timur, yang tercampur dalam bahan baku sampah kertas yang mereka impor.
Khofifah sedang mengukur keberhasilan mesin pirolosis yang dikembangkan PT Mega Surya Eratama, salah satu perusahan kertas di Mojokerto. Mesin itu diperkirakan beroperasi pada Agustus mendatang.
Kalau mesin itu berhasil menjadikan sampah plastik menjadi energi, dia akan mengadopsi teknologi itu melalui kerja sama dengan Institusi Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Tidak hanya itu, Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur itu juga serius menggaet pemerintah Malaysia menginvestasikan teknologi pengolahan sampah plastik jadi bahan baku ekspor.
“Kami akan komunikasi dengan ITS. Seperti yang di Mojokerto itu. Teknologi yang dikembangkan Malaysia ini tidak mahal dan tidak makan lahan. Kalau ITS bisa bikin, saya harap mesinnya lebih terjangkau dan suku cadangnya mudah didapat,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, Setiajit Kepala Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jatim mengatakan, dinasnya akan merekomendasikan agar pabrik kertas di Jatim mengembangkan mesin pirolisis itu.
Dia mengatakan, biaya pembuatan mesin pirolisis itu sekitar Rp2 miliar. Dia mendorong 11 pabrik kertas di Jawa Timur untuk mengembangkan mesin ini supaya sampah plastik yang terbawa bahan baku kertas impor terolah menjadi energi.
Mengenai rencana itu, Prigi Arisandi Direktur Ecoton mengatakan, sebaiknya Pemprov Jatim memprioritaskan sampah plastik lokal yang menurutnya sangat banyak, daripada memfasilitasi pengolahan sampah plastik dari luar negeri.
“Ngapain beli mesin atau memfasilitasi negara maju untuk bakar sampahnya di sini?” Katanya.
Prigi berpendapat, kalau pengadaan mesin pengolah sampah plastik itu diadakan dengan semangat mengolah sampah plastik impor dari luar negeri, menurutnya langkah atau solusi dari pemerintah ini bukanlah solusi yang tepat.
“Ada solusi yang lebih murah dan berjangka panjang, yaitu penguatan pengawasan. Kalau pengawasannya ketat, sampah plastik yang masuk tidak sebanyak sekarang. Maka, kalau ada importir mokong (nakal) harus dicabut izin impornya. Pokoknya, take back your trash from indonesia!” tegasnya.(den/tin/ipg)