Angklung memang alat musik tradisional. Namun, lewat tangan Kang Yayan Udjo, anak keenam Mang Udjo sang pendiri Saung Angklung Udjo (SAU), alat musik dari bambu ini tetap relevan dan kekinian di mata anak muda.
Lewat keinginan menciptakan inovasi angklung yang bisa dimainkan dengan kecepatan tinggi, lahirlah Yanklung Toel. Yangklung Toel sendiri adalah singkatan dari Yayan Angklung Toel. Toel sendiri dalam bahasa Sunda berarti menyentuh.
Cara memainkannya memang disentuh. Pemain alat musik ini tak perlu memainkan angklung dalam jumlah orang banyak atau dalam keadaan angklung tergantung. Cara ini dinilai lebih mudah dan sesuai dengan jiwa anak muda.
“Dalam keadaan tergantung, itu susah. Terus saya berpikir, gimana caranya agar, kan anak-anak muda suka yang cepat-cepat. Yaudah, saya beberapa kali melakukan riset. Ternyata secara kebetulan, saya pegang, jatuh, dan bunyi, posisinya begitu. Dan saya lihat di piano, half tonenya kan begini. Saya bikinkanlah yang sepeti ini,” ujar Yayan ketika ditemui di Saung Angklung Udjo, Bandung pada Rabu (27/3/2019).
Alat musik yang diciptakannya pada tahun 2008 ini diakuinya mampu mendekatkan angklung dengan generasi muda. Ia mengaku, salah satu muridnya bahkan pernah berkolaborasi dengan DJ ternama Bandung dan mengolaborasikan musik modern dengan angklung.
“Salah satu murid saya pernah berkolaborasi memainkan angklung dengan salah satu DJ terkenal di Bandung. Dia main angklung bareng DJ. Generasi muda ternyata bisa menerima angklung disesuaikan dengan zaman sekarang,” katanya.
Ia menyebut, hasil kreasinya ini juga sudah dijual dan dimainkan di banyak tempat, salah satunya Australia. Disana, ia memiliki pengalaman menarik ketika saat memimpin pertunjukan bermain angklung bersama-sama.
“Ada juga hal menarik, Karena melihat toel ini, jadi ketika mereka main bareng-bareng, main itu (angklung, red) dimainkan terbalik, karena melihat toel ini. No no no, i saw your friend play like this, dibalikkan gini,” ujarnya sambil tertawa.
Ditanya terkait antusiasme anak muda mempelajari angklung setelah diciptakannya Yangklung Toel, ia mengaku perkembangannya cukup baik. Terlebih, ia mengatakan, saat ini Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung telah memasukkan kemampuan bermain Yanklung Toel untuk bahan tes di kampusnya.
“Itu bagus sekali, malah di ISBI, dijadikan sebagai bahan ujian. Karena memang beda,” kata Yayan.
Ia juga memberi wejangan kepada seluruh pegiat budaya yang ingin melestarikan kebudayaan di daerahnya masing-masing. Ia menyebut, cinta pada kebudayaan adalah hal mutlak yang harus dimiliki.
“Do it with love. Harus cinta dulu, Kalau sudah cinta, saya juga merasakan (cinta,red). Dulu ya angklung aja begitu, akhirnya ada pihak yang melihat potensi untuk dijadikan tempat wisata. Dukungan dari pemerintah juga penting,” pungkasnya.
Sekadar diketahui tim Suara Surabaya (SS) Media melakukan ekplorasi Tol Trans Jawa dari Surabaya menuju Bandung, mulai Selasa (26/3/2019) hingga Kamis (28/3/2019). Sebanyak 18 kru SS Media ikut dalam rombongan ini. Di Bandung selain ke Saung Angklung Mang Udjo juga akan berkunjung ke Pemprov Jawa Barat dan berdiskusi dengan Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat. (bas/dwi)