Firdaus Hassan yang sejak kecil mengalami gangguan pendengaran atau tuna rungu, membuktikan bahwa keterbatasan seharusnya tidak membuat seseorang tidak berprestasi dan tidak mampu meraih gelar sarjana.
Firdaus yang berhasil menjadi sarjana pada Fakultas Ilmu Komputer tersebut ternyata tidak pernah mengenyam pendidikan khusus atau bersekolah di Sekolah Luar Biasa. Firdaus justru selalu bersekolah di sekolah umum atau sekolah reguler.
Dengan keterbatasannya itu, Firdaus berusaha bisa memahami pembelajaran dengan baik. Perjuangan Firdaus berlanjut memasuki bangku kuliah di Program Studi Teknik Informatika Universitas Narotama hingga tuntas dengan meraih gelar sarjana dan dijadwalkan mengikuti prosesi wisuda pada akhir September 2019 nanti.
Firdaus yang lahir pada 24 Februari 1996 itu menyampaikan bahwa semua perjuangannya adalah untuk membahagiakan kedua orangtuanya. Ayah Firdaus bekerja sebagai guru MI dan ibunya sehari-hari berjualan makanan.
Dari kedua orangtuanya itu pula, Firdaus belajar untuk tidak mudah menyerah. “Orangtua selalu mendorong saya untuk terus belajar. Jangan sampai kondisi ini membuat saya merasa terbatas,” terang Firdaus.
Suatu kali Firdaus sempat menggunakan alat bantu pendengaran untuk mempermudah aktivitas dan pergaulan serta kesehariannya. Namun karena keterbatasan biaya, Firdaus berhenti menggunakan alat bantu pendengaran sejak semester 2 perkuliahan.
Dan Firdaus pun harus belajar dan berusaha keras agar berhasil lulus dan menyelesaikan kuliahnya. “Saya banyak membaca dan perlahan-lahan mencoba memahami materi yang diajarkan. Ibu Natalia Damastuti (dosen pembimbing skripsinya) juga sangat membantu dalam proses pengerjaan skripsi,” tambah Firdaus.
Dalam skripsinya, Firdaus memilih judul: Klasterisasi Kapal dengan Menggunakan Metode K-means untuk Deteksi Keragaman Kapal. “Saya mengerjakannya menggunakan bantuan Google Earth dengan output berupa bobot dan warna kapal di Indonesia,” papar Firdaus.
Penggemar fotografi dan videografi ini berharap dapat melanjutkan kegemarannya tersebut menjadi profesi yang dapat menghasilkan uang. “Untuk bantu-bantu orang tua,” kata Firdaus sambil tersenyum.
Firdaus berharap keterbatasan seperti yang dialaminya tidak menjadi alasan bagi orang lain untuk tidak dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. “Saya tidak bisa memberikan tips apa-apa karena selama ini saya punya semangat dan tidak mudah menyerah. Sisanya adalah kekuatan dari orangtua,” pungkas Firdaus, Kamis (20/9/2019).(tok/rst)