Puluhan mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) menggelar aksi di dalam gedung rektorat Kampus C Unair, Surabaya pada Rabu (24/4/2019). Puluhan mahasiswa ini menolak adanya sistem baru model Uang Kuliah Tunggal (UKT) 4B yang mengharuskan mahasiswa baru 2019 membayar terlebih dahulu Uang Kuliah Awal (UKA) yang dirasa membebani dan kenaikan harga kisaran UKT di masing-masing jenjang.
Di saat yang sama, belasan perwakilan dari BEM Fakultas dan BEM Unair juga sedang menggelar audiensi terkait hal sama dengan Muhammad Nasih Rektor Unair dan jajaran di Ruang Pleno lantai 3 Rektorat Unair. Karena suasana gedung yang semakin gaduh, audiensi sempat terhenti selama 1 jam, dan akhirnya dimulai kembali setelah ada kesepakatan dengan massa aksi untuk tidak membuat gaduh selama audiensi berjalan. Nasih mengaku, terkait UKT 4B, sistem baru ini hanyalah sebuah alternatif pembayaran yang dinilai Unair lebih efisien bagi para orang tua mahasiswa baru 2019.
“Kita punya UKT 4, dari dulu sudah ada. Hanya saja sekarang UKT tertinggi pada tahun 2019 ini kita berikan alternatif pembayarannya. Yang menurut hemat kami, analisis kami, akan jauh efisien. Kenapa? Karena bagi mereka yang lulus tepat waktu saja, UKA itu selisih dari UKT 4 dan 3 itu, hanya kita kalikan dengan 7 atau 8 semester. Artinya pada posisi semester 8 dan seterusnya, sudah menggunakan UKT 3,” ujarnya.
Audiensi perwakilan mahasiswa dengan Muhammad Nasih Rektor Unair dan jajaran di Ruang Pleno lantai 3 Rektorat Unair. Foto: Baskoro suarasurabaya.net
Ia juga menegaskan, jumlah calon mahasiswa baru yang diterima di jalur SNMPTN 2019 dan mendapat kategori UKT 4 hanya 8 persen atau 142 camaba dari total 1.678 mahasiswa. Padahal, menurutnya, 8 persen mahasiswa ini adalah orang-orang kaya yang mampu secara finansial.
Selain itu, terkait kenaikan jumlah kisaran harga di masing-masing UKT, Nasih menilai angka tersebut sangat relatif. Baginya, UKT adalah sistem berjenjang yang disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa. Kenaikan harga di masing-masing UKT ini tidak berlaku di semua prodi.
“Sambil kemudian kita bermaksud menaikkan image beberapa prodi, yang penghasilan jurusannya rendah, untuk bisa bersaing dengan prodi lain. Kita punya (prodi, red) Sejarah, Antropologi, Fisika. Karena pendapatannya rendah tidak bisa kita kelola,” ungkapnya.
Kepada mahasiswa, ia menyarankan untuk melakukan advokasi bagi individu yang merasa kondisi finansial keluarganya tidak sesuai dengan kategori UKT yang didapatkannya.
“Yang bisa dilakukan mahasiswa adalah advokasi untuk menurunkan jenjang per individu, semua ada mekanismenya,” kata Nasih.
Saat ini, audiensi telah dimulai kembali dan massa aksi masih bertahan di dalam Gedung Rektorat Unair. (bas/iss/ipg)