Sabtu, 23 November 2024

Tidak Hanya Surabaya, Risma Ingin Seluruh Indonesia Bersih dari Sampah

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya saat menggelar pertemuan dengan pengembang di ruang kerjanya, Kamis (1/8/2019). Foto: Istimewa

Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengaku, prestasi pengelolaan sampah di Surabaya bukan untuk mengejar juara. Tapi lebih dari itu, untuk mencegah penyakit dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi setelah Surabaya bersih.

“Sebetulnya bukan untuk bagus-bagusan. Ini vital, sampah dan kualitas udara itu vital karena bisa jadi sumber penyakit. Sebagus apapun kota itu kalau sampahnya tidak terkelola dengan baik, itu jadi jelek. Bukan hanya jelek kotor, tapi impact-nya ke kesehatan, pendidikan, ke investasi, ke ekonomi, dan macem-macem,” ujar Risma di Balai Kota Surabaya, Jumat (2/8/2019).

Penegasan Risma ini sebagai jawaban atas polemik perbandingan pengelolaan sampah antara Surabaya dan Jakarta beberapa hari terakhir, pasca kunjungan Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD DKI Jakarta ke Surabaya beberpaa waktu lalu.

Risma mengatakan, sekali lagi pencapaian pengelolaan sampah di Surabaya ini bukan untuk baik-baikan atau untuk juara-juaraan. Dia juga membantah, kalau dia ingin jabatan tertentu sehingga belakangan terseret dalam polemik pengelolaan sampah dengan Jakarta ini. Tapi, dia mengaku ingin seluruh Indonesia menjadi bersih dan baik, agar anak cucu khususunya warga Surabaya bisa hidup dan berkarir di mana saja dengan nyaman.

“Saya selalu sampaikan saat menerima Adipura, ini benar yang dibutuhkan kota. Siapa yang mau datang ke Surabaya kalau kotor, siapa yang mau tinggal di Surabaya kalau penyakitan. Saya nanti dikira lagi kepingin ini (Jabatan Gubernur DKI, red), tidak,” katanya.

Menurut Risma, ia berulangkali membantu kepala daerah lain dalam hal berbagi ilmu tentang pengelolaan sampah dan tata kota.

“Saya sampai desain sendiri untuk salah satu kota di Maluku Utara, karena Wali Kotanya datang sendiri, saya sendiri yang membikin sketsa desainnya. Saya berikan semua, kenapa enggak. Kalau se Indonesia ini baik maka Indonesia maju. Anak cucuku (warga Surabaya, red) suatu saat jadi apa di kota lain jadi nyaman,” katanya.

Risma tidak mempersoalkan masukan soal pengelolaan sampah ini menjadi pembahasan panjang. Risma mengaku masih terus mau memberikan masukan bila ada kota lain studi banding ke Surabaya.

“Saya tidak masalah, aku lo bantu banyak sekali daerah-daerah. Kalau kemarin ada anggota DPR DKI Jakarta ke sini, kebangetan kalau aku gak nemui. Saya kota kecil saja tak bantu. Kalau seluruh Indonesia baik anak cucu saya tidak kawatir cari makan di mana saja,” katanya.

Risma tetap konsisten mengatakan, anggaran pengelolaan sampah di Surabaya hanya Rp30 miliar. Biaya itu termasuk untuk penyapuan dan pengangkutan sampah, tapi belum termasuk biaya ke TPA Benowo atau PLTSa yang berbayar karena dikelola swasta.

“Karena Surabaya tidak punya duit maka mengelolaan sampah radak tradisional. Pengelolaan kebersihan hanya Rp30 miliar, termasuk penyapuan, itu di luar tipping fee ke TPA Benowo. Untuk efisiensi maka saya buat TPS sekaligus pengelolaan sampah di kecamatan-kecamatan supaya bayar di TPA berkurang,” katanya. (bid/tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs