Hilmar Farid Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud mengatakan, Surabaya akan jadi percontohan implementasi Undang-Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Ada 514 kabupaten/kota di Indonesia. Hilmar mengatakan, tidak mungkin Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kemendikbud mengunjungi semua kabupaten/kota itu.
“Maka kami pilih kepala daerah yang punya komitmen kuat mengembangkan kebudayaan. Surabaya akan menjadi percontohan pengembangan kebudayaan di Indonesia,” ujar Hilmar.
Dia menilai Wali Kota Surabaya memiliki komitmen kuat dalam mengembangkan kebudayaan. Nanti, Surabaya akan menjadi contoh pengimplementasian UU 5/2017 di Indonesia.
Hilmar mengatakan ini saat melakukan audiensi dengan Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya di rumah dinas wali kota Jalan Sedap Malam, Surabaya, Kamis (12/9/2019).
Hilmar mengatakan, sebagus apapun kebijakan pemerintah pusat jika tidak diikuti daerah yang memiliki perangkat cukup, menurutnya kebijakan itu tidak mungkin bisa berjalan baik.
Sebab itulah, kata dia, perlu ada kelembagaan dan pembenahan-pembenahan seperti di setiap kecamatan, salah satunya dengan adanya perangkat pamong budaya.
“Tidak hanya dari segi kelembagaan. Penganggaran juga perlu dipikirkan. Walaupun di pusat anggarannya banyak, kalau dibagi rata malah tidak dapat apa-apa. Makanya perlu ada prioritas,” katanya.
Dia memungkinkan penggunaan anggaran kelurahan untuk pengembangan kebudayaan. Berkaitan ini dia juga perlu mendiskusikan dengan Ketua DPRD Surabaya.
Karena itulah, dalam audiensi bersama Wali Kota Surabaya itu, Adi Sutarwijono Ketua DPRD Kota Surabaya juga hadir.
Ditjen Kebudayaan akan memberi kegiatan subtansial seperti penyelenggaraan bimbingan teknis (bimtek) bagi perangkat kebudayaan supaya pemajuan kebudayaan ini berkembang baik di daerah.
“Urusan kebudayaan ini cukup rumit. Melibatkan berbagai pihak seperti kurator, desainer, juga tenaga ahli dalam barisan kebudayaan. Surabaya sudah banyak melakukan sesuatu, seperti pelestarian cagar budaya dan menyelenggarakan festival-festival. Bu Risma sudah sangat ahli menggandeng stakeholder untuk pemajuan kebudayaan,” ujarnya.
Risma pun mengaku senang kalau Surabaya menjadi percontohan pengembangan kebudayan di Indonesia. Dia ingin pemajuan kebudayaan ini juga dilakukan di daerah-daerah lainnya.
“Sebetulnya saya ingin daerah lain juga berkembang. Kekayaan Indonesia itu luar biasa dari sisi budaya. Melalui budaya bisa membangun toleransi, khususnya di kalangan anak-anak. Bahwa kita satu keluarga. Rasa itu harus terus dipupuk sejak dini,” ujarnya.
Risma yang sekarang juga menjabat Kepala Bidang Kebudayaan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan pun menyarankan agar Ditjen Kebudayaan kembali menggelar dan mengembangkan Kongres Pelajar Nusantara.
“Dulu Surabaya pernah jadi tuan rumah Kongres Pelajar Nusantara. Sekarang saya kira perlu dikembangkan lagi. Tapi acaranya tidak sekadar kongres. Kalau hanya kongres nanti yang hadir pejabat-pejabatnya. Harus ada delegasi penampilan kebudayaan dan kesenian. Jadi benar-benar realistik. Bermacam kebudayaan itu kita jadikan perekat persatuan Indonesia,” ujarnya.(den/tin)