Lahan kritis di Jawa Timur setiap tahunnya mencapai 1,5 juta hektar, sehingga diperlukan penanganan yang komprehensif seperti penghijauan supaya lahan tersebut bisa kembali berfungsi seperti semula.
Dewi Putriatni Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Selasa (26/3/2019) mengatakan, jumlah tersebut ada yang benar-benar sudah tidak bisa ditanami lagi karena daerahnya yang bebatuan.
“Oleh karena itu kami terus keluhkan upaya penanganan penghijauan dan juga sipil teknis terkait dengan pengembalian lahan hutan yang kritis tersebut,” katanya di sela kegiatan puncak hari bhakti Rimbawan di Mojokerto Jatim.
Ia mengatakan, upaya lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan mengerahkan masyarakat desa hutan untuk membantu melakukan penghijauan di hutan-hutan yang sudah kritis tersebut.
“Kalau lahan itu diri akan oleh masyarakat, tentunya masyarakat tersebut juga harus menanam tanaman tegakan seperti jati dan juga tanaman lainnya,” katanya dilansir Antara.
Ia menjelaskan, sebagian besar lahan yang mengalami kerusakan itu masih berada di sumber daerah aliran sungai (DAS), salah satunya Tahura R Soerjo ini.
“Kami terus berupaya untuk melakukan penghijauan, dengan menggandeng berbagai pihak,” katanya.
Pelepasan Burung Jalak Putih Puncak Hari Bhakti Rimbawan
Pelepasan burung Jalak Putih mewarnai puncak peringatan hari bhakti ke 36 Rimbawan di Claket, Mojokerto, Jawa Timur sebagai bentuk pengembalian ekosistem habitat fauna yang ada di hutan setempat.
Wahid Wahyudi Asisten bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Jatim, pada kesempatan itu mengatakan, selain pelepas-liaran burung Jalak, juga dilakukan pelepas liaran hewan lainnya seperti berang-berang.(ant/tin/ipg)