Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jatim mendata, volume sampah plastik di Jawa Timur mencapai 12,74 persen dari total 17 ribu ton sampah per hari yang dihasilkan masyarakat. Bila dikalkulasi, jumlah sampah plastik mencapai 2.126 ton per hari.
Diah Susilowati Kepala DLH Jatim yang menyatakan itu dan mengakui keberadaan sampah plastik di Jatim menjadi perhatian publik. Terutama setelah adanya temuan sampah plastik impor oleh salah satu LSM lingkungan di Jatim.
“Sekarang yang menjadi isu, kan, sampah plastik, karena volumenya semakin meningkat. Sehingga pemerintah membuat kebijakan, ada edaran mengurangi pemakaian plastik sekali pakai,” katanya.
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim, kata Diah, sudah mengeluarkan surat edaran beberapa waktu lalu. Peraturan Daerah tentang pembatasan plastik menurutnya juga sudah ada di sejumlah kabupaten/kota.
“Ada edaran gubernur, ada Perda-Perda dibuat bupati/wali kota, ada edaran untuk retail dan pusat perdagangan, tas kresek dikurangi. Ada upaya mengubah budaya masyarakat untuk mengurangi plastik sekali pakai,” ujarnya.
Upaya sosialiasasi penggunaan tumblr, kata dia, juga sudah dilakukan. Dalam setiap kegiatan, masyarakat diimbau memanfaatkan botol plastik yang bisa digunakan berkali-kali untuk mengurangi yang sekali pakai.
Kebijakan-kebijakan itu, kata Diah, untuk memenuhi target dalam Dokumen Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) DLH Jatim, agar penggunaan plastik sekali pakai berkurang 30 persen pada 2025 mendatang.
“Kalau sampah plastik impor itu beda. Itu, kan, karena sampah bahan baku untuk kertas mengalami impuritas, kecampuran plastik. Bahkan ada limbah B3-nya,” katanya.
Dia mengakui, masuknya bahan baku kertas tercampur sampah plastik yang diimpor dari negara lain memang karena pengawasan yang kurang ketat.
“Masuk pelabuhan sampah campuran melebihi kapasitasnya. Ke depan pengawasan harus diperbaiki, soal lingkungan Industri sekarang harus bertanggung jawab,” katanya.
Industri, kata Diah, tidak boleh memberikan sampah plastik sisa meski diminta masyarakat. Industri harus mengolah sendiri sampah plastik impor itu di lingkungannya dengan teknologi yang dikembangkan.
“Ada insinerator, ada pirolisis untuk bahan bakar listrik dan sebagainya. Nanti masyarkat diberdayakan di dalam industri itu saja, tidak usah di luar. Di luar nanti tugasnya LH,” kata dia.
DLH, kata Diah, akan membangun bank sampah dan menata lingkungan di sekitar industri dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Soal penggunaan bahan bakar sampah plastik oleh sejumlah UMKM di Jawa Timur, salah satunya UMKM produsen tahu di kawasan Sukodono, Sidoarjo, menurutnya juga akan ditata kembali.
DLH, kata dia, akan memberikan penyuluhan bahwa penggunaan sampah plastik sebagai bahan pembakaran bila tidak disertai pembakaran yang sempurna akan mengganggu kesehatan.
“Akan kami beri penyuluhan dan kami siapkan briket-briket bahan bakar. Karena kalau pakai kayu mahal, arang mahal, plastik hanya salah satu alternatif. Akan kami beri pengertian dan akan kami tertibkan,” kata Diah.(den/iss)