Sabtu, 23 November 2024

Rentan KLB, Cakupan Vaksin di Jatim Masih Rendah

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Prof. DR. Dr. Ismoedijanto Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jatim (paling kiri). Foto: Anggi suarasurabaya.net

Kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi (imunisasi) masih rendah. Prof. DR. Dr. Ismoedijanto Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jatim mengatakan, cakupan vaksinasi di Jatim belum mencapai angka 90 persen.

Padahal, lanjut dia, beberapa kejadian luar biasa (KLB) rentan terjadi di Jatim. Contohnya, Jawa Timur menghadapi KLB Difteri sejak 2011 dan sampai saat ini belum bisa dituntaskan. Indonesia juga menduduki peringkat kedua dunia dalam hal jumlah penderita Difteri.

“Selain itu masih ada beberapa catatan lainnya yang harusnya diperhatikan. Cakupan imunisasi MR luar Jawa tahun 2018 itu masih rendah. Lalu, angka rubela pada bayi baru lahir juga masih tinggi. Penularannya di sini (Jatim, red) lebih cepat,” kata Ismoedijanto, Kamis (1/8/2019).

Menurutnya, kurangnya pengetahuan yang cukup menjadi faktor utama masih rendahnya cakupan vaksinasi. Terutama ibu yang memiliki peran penting untuk kesehatan anaknya. Ditambah, isu-isu negatif untuk menolak vaksinasi yang juga masih berkembang di masyarakat.

Ismoedijanto mengatakan, ada dua upaya kesehatan masyarakat yang menurutnya berhasil, efisien, dan efektif. Yaitu vaksinasi dan penyediaan air bersih. Secara medis vaksinasi akan meningkatkan kekebalan pada tubuh anak.

Artinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tubuhnya dapat terhindar dari berbagai macam penyakit berbahaya. Di Indonesia, bayi dan balita wajib menerima 5 vaksin untuk mencegah 9 penyakit menular berbahaya.

“Sembilan penyakit itu adalah Hepatitis B, Tuberkulosis, Polio, Difteri, Tetanus, Pertusis, Hemofilus Influenzae tipe B, Campak, dan Rubela. Umur bayi saat vaksin diberikan bervariasi sesuai jenis vaksinnya. Umur minimal ini perlu dipatuhi, demikian pula dengan jarak antar vaksin,” jelasnya.

Dia menegaskan, semua vaksin telah lolos saringan super ketat dan melewati tahap yang begitu panjang. Setelah anak divaksinasi, maka 80 sampai 95 persen akan terhindar dari penyakit, tidak menularkan penyakit, dan memutuskan transmisi penyakit.

Selain itu, memutuskan mata rantai penularan penyakit dari anak ke anak lain dan penularan penyakit dari anak ke orang dewasa yang tinggal bersama.

“Sejauh ini, vaksinasi yang bagus atau sudah mencapai cakupan adalah Yogyakarta. Itu cakupannya hampir mendekati 90 persen. Kenapa? Karena ibu-ibu di sana memiliki pengetahuan yang cukup. Didukung dengan pendidikannya yang juga cukup,” kata dia.

“Terus yang kedua adalah Bali. Di sana cakupannya bagus, karena didukung culture. Ketaatan mereka pada budaya tinggi sekali,” tambahnya.

Untuk meningkatkan angka cakupan di Jatim, kata dia, pihaknya akan melakukan beberapa hal. Salah satunya pendekatan dan mengubah pola di pelayanan Puskesmas. Misalnya sosialisasi dengan media gambar atau cara-cara yang lebih memudahkan masyarakat agar paham.

“Kadang ada kan di Puskesmas memberikan brosur soal vaksinasi ini. Masyarakat membacanya, tapi kadang mereka belum memahami apa yang mereka baca. Ini yang jadi evaluasi untuk ke depannya sosialisasi dengan cara yang mudah dimengerti. Misalkan pakai gambar,” kata dia. (ang/tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs