Sejumlah umat Hindu di Mojokerto melangsungkan prosesi Tawur Agung Kesanga 2019 di Hutan kota yang berlokasi di Stadion Gajah Mada Mojosari. Sebanyak empat Ogoh-ogoh diarak dan dibakar untuk melebur sifat buruk dan menyucikan alam.
Proses Tawur Agung Kesanga sendiri merupakan prosesi rangkaian sehari sebelum menyambut Hari Nyepi tahun baru saka 1941.
Dalam prosesi tersebut, sebelum melakukan pawai ogoh-ogoh atau Astugkara, ratusan umat Hindu melakukan sembahyang trisandia di lanjut panca sembahyang dipimpin oleh pemangku agama.
Sat Cit Ananda Santih Peni Humas panitia pelaksana Tawur Agung Kesanga Mojokerto mengatakan, proses Tawur Agung Kesanga ini merupakan hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu sebelum melakukan prosesi Nyepi.
“Tawur Agung Kesanga merupakan hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu sebelum melakukan Tapabrata agar saat melakukan penyepian diberi kelancaran dan berjalan dengan baik,” ungkapnya pada Fuad reporter Radio Maja Mojokerto.
Menurutnya, makna dari Tawur Agung sendiri merupakan ucapan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi agar alam semesta ini berjalan dengan seimbang sekaligus punya makna umat Hindu berdoa agar terhindar dari pengaruh negatif sehingga bisa melakukan penyepian dengan lancar.
Selain itu, dalam Tawur Agung Kesanga 2019 yang diikuti oleh tujuh pura yang ada di Mojokerto, umat Hindu ingin menyukseskan pemilu 2019. Sesuai dengan tema yang diusung kali ini ” Dengan Tapabrata Penyepian Kita Sukseskan pemilu 2019″.
Sedangkan, makna empat Ogoh-ogoh yang diarak oleh umat Hindu di Mojokerto, Ananda Santih Peni menjelaskan, dari empat ogoh-ogoh mulai dari tiga Butakala hingga kera putih melambangkan sebuah aura negatif dan positif. “Tiga butakala yang ada di depan, melambangkan aura negatif. Sedangkan Ogoh-ogoh kera putih atau Anoman yang ada di belakang merupakan sosok yang mengusir atau memerangi aura negatif,” imbuhnya.
Dan nantinya, jika Tawur Agung sudah dilakukan umat Hindu akan melakukan Catur Brata Penyepian yakni amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melakukan pekerjaan), amati lelanguan (menghentikan kesenangan) dan amati lelungaan (tidak bepergian). (fad/dwi)