Jumat, 22 November 2024

Rantokid Game Edukatif Hindarkan Penculikan Anak

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Anak-anak mencoba Rantokid didampingi Shindy Arista penemu game edukatif itu. Foto: Totok suarasurabaya.net

Shindy Arista, Mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya) hadirkan permainan Ratokid, yang mengajarkan anak-anak menghindari orang yang tidak mereka kenal.

Permainan Ratokid ini memberikan edukasi bagi anak usia 5 tahun hingga 8 tahun agar terhindar dari kasus penculikan, dengan satu diantaranya menghindari orang-orang yang tidak dikenal sekaligus menghafal arah.

“Data Komnas Perlindungan Anak, jumlah kasus penculikan dan kehilangan anak meningkat dalam dua tahun terakhir. Tahun 2015, ada 87 kasus kemudian naik menjadi 196 kasus di tahun 2017. Fakta memprihatinkan ini melahirkan Ratokid,” terang Shindy Arista.

Ratokid berasal dari dua kata, yaitu rapitore (penculik) dari Bahasa Italia dan kind (anak) dari Bahasa Jerman.

Fokus permainan ini adalah untuk mengedukasi anak-anak menghindari orang tak dikenal, dimanapun mereka berada.


Game edukatif yang mengajarkan anak-anak agar menghindari orang yang tidak dikenal, mencegah penculikan. Permainan Rantokid. Foto: Totok suarasurabaya.net

Dalam permainan ini ada tiga set lokasi yang dapat dimainkan oleh 2 sampai dengan 4 anak. Ketiga set, yaitu set sekolah, set rumah dan set taman bermain dilengkapi pernak-pernik yang lucu dan berwarna menggemaskan.

“Tampilan masing-masing set dengan warna-warni berbeda ditambah beberapa pernik lucu membuat anak-anak tidak cepat bosan. Ada kecenderungan anak-anak mau mencoba permainan ini,” tambah Shindy.

Sebelum membuat permainan edukatif ini, Shindy mengaku telah melakukan survei sederhana kepada siswa-siswi disejumlah sekolah terkait edukasi pencegahan penculikan.

“Dari hasil survei sederhana itu, sekolah ternyata belum memberikan pengajaran khusus agar anak paham betul mengenai kasus penculikan atau mengindari orang asing. Saat ini yang ada pengajaran secara lisan,” papar Shindy.

Setelah memainkan permainan Rantokid, diharapkan anak-anak mudah memahami serta cepat mengerti agar menghindari orang asing yang tidak mereka kenal.

Permainan Rantokid diawali dengan para pemain memilih set lokasi dan level 1 hingga level 20 yang akan dimainkan. Kemudian tiap pemain mendapatkan karakter yang bisa menampilkan foto wajahnya dan menggunakan topi biru atau topi merah muda.

Karakter orang tak dikenal dapat ditampilkan melalui foto orang asing menggunakan topi berwarna hitam.

Pemain harus memasang pola jalan agar karakternya sampai ke rumah dengan menghindari orang tidak dikenal.

Setelah berhasil sampai ke rumah, pendamping akan memberikan pemahaman ke anak-anak mengenai situasi yang mereka telah mainkan sebelumnya. “Sederhana saja, tetapi diharapkan anak-anak cepat memahami,” tambah Shindy.

Sementara itu, ditambahkan Wyna Herdiana, S.T., M.Ds., dosen pendamping Shindy saat menggarap Rantokid yang juga memberikan apresiasi pada karya permainan edukatif untuk anak-anak tersebut.

“Permainan ini dapat melatih motorik anak-anak, sekaligus meningkatkan pola berpikir anak-anak ketika menyusun track menuju rumah. Juga melalui permainan ini diharapkan anak-anak mampu bersosialisasi pada lingkungan,” pungkas Wyna, Selasa (15/1/2019) usai menyaksikan beberapa anak bermain Rantokid.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs