Berpuasa di negeri orang memang pengalaman yang tak bisa dianggap biasa. Jauh dari keluarga, budaya yang berbeda, hingga makanan yang tak sama, menjadi cerita tersendiri yang mewarnai perjalanan ramadhan orang-orang luar negeri yang berpuasa di Indonesia.
Mohamad Firhan Abdul Salam Direktur Area Singapore Tourism Board di Surabaya misalnya. Ia adalah Muslim Singapura yang sejak dua tahun belakangan menetap di Surabaya dan menjalankan ibadah puasa di kota ini. Ia tinggal di Surabaya setelah mendapat kepercayaan dari tempat kerjanya, untuk memimpin wilayah Indonesia Timur.
Pada tahun 2009 hingga 2014 silam, ia pernah ditempatkan di Jakarta, sampai akhirnya dipindah di Dubai dan kini kembali ke Indonesia dan menetap di Surabaya. Ia mengaku menemukan kemeriahan ramadhan di negeri yang mayoritas beragama muslim ini.
Dia mengaku sering mendapat undangan buka bersama rekan bisnis, dan teman-teman dekatnya. Ia juga menemukan suasana yang syahdu ketika salat Tarawih di masjid atau surau.
“Bedalah, gimana ya menjelaskannya. Tapi sebuah pengalaman yang menarik lah bagi saya,” ujar Firhan.
Ia juga turut mengomentari makanan khas Indonesia, seperti Kolak yang disebutnya makanan unik yang tidak ada di negaranya.
“Saya orangnya simpel, kalau makanan (berbuka, red), semuanya saya makan. Sahur biasanya beli aja, sebelum tidur itu beli, nanti sahur makan itu, untuk makanan saya nggak rewel,” kata Firhan dalam Bahasa Indonesia yang lancar.
Firhan menyebut, ramadan di luar negeri mendatangkan perasaan yang syahdu. Perasaan jauh dari keluarga, terkadang membuatnya ingin pulang ke kampung halaman. Tapi ia perlu bersadar sedikit, Lebaran nanti, ia sudah menjadwalkan kepulangan ke Singapura. Berkumpul bersama keluarga dan berbagi oleh-oleh dari Indonesia. (bas/rst)