Puncak wabah demam berdarah diperkirakan terjadi pada bulan Maret dan April. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, sudah ada 23 orang yang terjangkit DBD di Surabaya.
“Kebanyakan terkena DBD di luar Kota Surabaya karena di rumahnya tidak ditemukan jentik nyamuk. Karena itu mulai November dan Desember kami melakukan fogging dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” kata Febria Rachmanita Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Di Surabaya, kata dia, ada 23 penderita dan angka ini menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 42 orang.
Komitmen Walikota untuk selalu mengingatkan masyarakat tentang DBD seperti melakukan PSN setiap minggu. Namun ada beberapa wilayah yang melakukan PSN seminggu dua kali.
“Di Kecamatan Tandes ada dua kasus. Setelah dilakukan penyelidikan epiologi positif maka akan dilakukan fogging,” katanya.
Febria menjelaskan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang berkualitas harus dilihat di tiap rumah apa ada jentik nyamuk. Selain itu, harus memastikan tidak ada nyamuk di sela-sela baju yang menggantung dan tidak ada jentik di kaleng terbuka serta penampungan air.
“Camat bertanggungjawab terhadap wilayah tentang gebyar PSN dan besok walikota akan memimpin gebyar PSN,” ujar dia.
Saat ini, lanjut dia, pihaknya sedang mengumpulkan 23 ribu Jumantik untuk merefresh lagi kemampuan para jumantik. “Kalau bisa jangan sampai ada fogging. Fogging swasta tidak diperbolehkan. Sesuai edaran Walikota kemarin tentang gerakan PSN dan diharapkan tidak ada fogging karena fogging tidak menghilangkan jentik dan beracun,” ujar dia.
Ferbia menegaskan, berbagai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan ini hanya bisa menekan wabah DBD namun tidak bisa mencegah. (dwi/ipg)