Jumat, 22 November 2024

Puluhan Eks Teroris dan Napiter Buka Bersama di Lapas Surabaya

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Suasana guyub rukun menghiasi buka puasa bersama narapidana teroris (napiter) di Lapas Kelas I Surabaya, Senin (20/5/2019) sore. Foto: Istimewa

Suasana guyub rukun menghiasi buka puasa bersama narapidana teroris (napiter) di Lapas Kelas I Surabaya, Senin sore ini (20/5/2019). Sebanyak 23 eks teroris berbaur bersama 4 napiter binaan Lapas Surabaya.

Kegiatan itu diinisiasi oleh Yayasan Lingkar Perdamaian (organisasi yang fokus pada deradikalisasi teroris) bekerja sama dengan pihak Lapas. Acara itu dihadiri oleh Ali Fauzi selaku Direktur Lingkar Perdamaian, Sumardi Kabid Pembinaan, dan Taufik Rahman Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP).

Dalam sambutannya, Sumardi mengaku senang dengan kedatangan pihak Yayasan Lingkar Perdamaian. Menurutnya, kegiatan ini bisa menjadi support yang baik bagi para napiter yang ada. Apalagi, kegiatan ini sudah dilangsungkan rutin selama beberapa tahun ini.

“Dengan kedatangan Yayasan Lingkar Perdamaian ini, mudah-mudahan warga binaan kita makin mantap untuk menjadi NKRI dan mengikuti teman-temannya yang sudah lebih dulu mengakui NKRI. Kami harap hubungan baik ini bisa berlangsung secara terus menerus,” kata dia, melalui rilis yang diterima suarasurabaya.net.

Sementara itu, Ali Fauzi mengungkapkan bahwa kedatangannya dan puluhan eks teroris lainnya bertujuan untuk silaturahmi dan berempati. Adik kandung Ali Imron pelaku Bom Bali I, ini memberikan support untuk para napiter, agar mereka tetap sabar dan kooperatif dengan aturan-aturan di Lapas.

“Selain itu, juga mengasah nilai skillnya untuk mempersiapkan mereka nanti akan keluar. Ini yang sering saya disampaikan juga dengan beberapa napi di sini. Masih ada 3 napiter yang mendapat hukuman seumur hidup. Kami aktif melakukan advokasi untuk mereka yang memang sudah benar-benar kembali ke NKRI,” kata dia.

Dirinya bercerita bahwa selama ini selalu mengingatkan rekan-rekannya, agar tidak lupa dengan napiter yang masih di dalam Lapas. Ali bersama rombongannya berbagi kebahagiaan dengan membagikan sarung, kurma, dan juga makanan kepada para napiter.

“Kalau makan enak, jangan lupa sama kawan-kawan yang masih di dalam lapas. Untuk itu, setiap bulan kami urunan, lalu kami berbagi dengan ikhwan-ikhwan sekalian,” kata dia.

Dalam kesempatan itu, Ali pun menilai pembinaan yang dilakukan Lapas Kelas I Surabaya, terutama dalam upaya deradikalisasi. Menurutnya, Lapas Surabaya sudah bisa dijadikan miniatur sekaligus pilot project deradikalisasi di Indonesia.

Ali mengungkapkan, akar terorisme itu tidak tunggal. Penanganannya pun juga tidak boleh tunggal. “Ibarat sebuah penyakit, terorisme di Indonesia saat ini sudah tahap komplikasi. Jadi perlu dokter spesialis. Butuh penanganan khusus dan obat khusus,” ujarnya.

Baginya, Lapas Surabaya selama ini punya formula yang tepat. Bahkan sudah bida dijadikan miniatur yang bagus untuk program deradikalisasi. Seperti contoh Umar Patek, napiter yang saat ini sudah kembali ke NKRI dan kerap mengikuti upacara bendera.

“Saya respek karena di sini ada pendampingan khusus. Tidak semua sipir bisa seperti di Porong ini,” kata dia.

Dia berharap, ada program pembinaan yang lebih banyak lagi. Seperti public speaking atau jurnalisme. Agar para napiter bisa menghasilkan kontra narasi dari kelompok teroris yang masih aktif.

“Memang susah, tapi harus dan mendesak dilakukan,” terangnya.(ang/tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs