Pertemuan perwakilan Aliansi Kekuatan Sipil yang menginisiasi aksi unjuk rasa Surabaya Menggugat 26 September lalu dengan Gubernur Jatim di Gedung Negara Grahadi akhirnya batal.
Setelah penolakan makan oleh sebagian besar perwakilan dari Aliansi Kekuatan Sipil, sempat terjadi debat di dalam sebuah ruangan di Gedung Negara Grahadi.
Perwakilan aliansi bersikeras, pertemuan ini mereka pahami sebagai audiensi, di mana mereka bisa sampaikan tuntutan aksi pada 26 September, kepada Gubernur Jatim.
Jonathan Judianto Kepala Bakesbangpol Jatim pun bersikeras, undangan Gubernur malam ini bukan audiensi tetapi silaturahmi. Adu pendapat pun terjadi.
Airlangga Pribadi Dosen Unair yang juga Tim Navigasi Khofifah Indar Parawansa (sempat dilaporkan penulis saat mengudara sebagai Staf Ahli, yang ternyata keliru) sempat marah kepada aliansi.
Terutama kepada perwakilan mahasiswa yang sempat berdiskusi dengannya sebelum pertemuan itu. Airlangga mengakui, dia yang menjadi penghubung aliansi dengan Grahadi.
“Tapi apa kemarin ada dalam kesepakatan kita, ada rencana kita tidak akan makan-makan? Ada enggak?” Salah satu mahasiswa menjawab, “tidak ada. Tapi kami akan jelaskan dulu.”
Airlangga saat itu mengaku kecewa dengan sikap mahasiswa yang menurutnya tidak pada tempatnya. Menurutnya, mahasiswa tidak memahami adab yang mana tidak pernah orang menolak makan saat diundang.
Suko Widodo Dosen Unair lainnya lantas masuk ke ruangan dan berupaya mendinginkan situasi serta menurunkan tensi dengan meminta semua orang di dalam ruangan membaca Alfatihah.
Namun, perwakilan Aliansi Kekuatan Sipil tetap mempertegas pertemuan itu. “Jadi apakah ada dialog atau tidak?” Ujar Zamzam Syahara Korlap Aliansi Kekuatan Sipil.
Pada akhirnya, kedua belah pihak sepakat pertemuan ini dibatalkan. Seluruh perwakilan Aliansi Kekuatan Sipil segera meninggalkan ruang pertemuan itu.
Zamzam Syahara di halaman Grahadi mengatakan, Aliansi Kekuatan Sipil bersepakat datang ke Grahadi untuk berdialog dengan Gubernur.
“Kami memiliki hak untuk memilih tidak makan. Karena banyak kawan di luar itu tidak makan sama sekali. Banyak kawan di luar memperjuangkan apa yang belum tuntas.”
“Tapi kami sangat berterima kasih kepada Bu Khofifah yang telah mengundang kami malam ini. Terima kasih juga tuntutan kami sudah diterima pada 26 September lalu,” katanya.
Dia lantas membacakan sejumlah tuntutan mereka. Salah satunya menolak UU KPK hasil revisi dan mendesak presiden untuk menerbitkan Perppu untuk membatalkan UU KPK itu.
Mereka juga menolak disahkannya RKUHP sebelum dilakukan kajian ulang terhadap pasal bermasalah dengan melibatkan publik secara luas dan terbuka, serta menolak disahkannya sejumlah RUU yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat.
“Saya, maaf, karena kami mengutamakan ini (menunjukkan surat tuntutan). Bukan kami tidak beradab. Tetapi kami mengutamakan soal dialog. Bukan kami mengutamakan soal makan atau tidak,” ujarnya.
Jonathan Judianto Kepala Bakesbangpol Jatim mengatakan, undangan pertemuan itu memang untuk silaturahmi. “Kita tunda dulu silaturahmi ini. Kalau mereka mengajukan audiensi, kita atur audiensi,” katanya.
Dia menyebutkan, selain situasi tidak memungkinkan, penundaan itu dilakukan juga karena hari sudah malam. “Ditunda karena memang sudah malam, sudah jam sembilan,” ujarnya.(den)