Sabtu, 23 November 2024

Peringkat Situs Resmi ITS Surabaya Naik, Nomor 7 se Indonesia

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Pemeringkatan situs resmi ITS Surabaya naik peringkat dari ke 8 jadi ke 7 versi Webometrics. Foto: Humas ITS Surabaya

Situs resmi www.its.ac.id, terus berbenah dan meningkatkan kualitas sehingga naik peringkat pada perangkingan Webometrics menjadi peringkat ke 7 se-Indonesia.

Webometrics adalah lembaga internasional yang melakukan penilaian terhadap perguruan tinggi di seluruh dunia berdasarkan website nya setiap enam bulan sekali.

Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc., Wakil Rektor IV ITS Bidang Penelitian, Inovasi, dan Kerja Sama, menyampaikan hasil yang didapat menunjukkan bahwa perbaikan yang telah dilakukan terhadap website ITS sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.

“Hal ini dapat dilihat dari peringkat ITS berdasarkan Webometrics yang dalam tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan,” terang Ketut Buda Artana.

Adapun beberapa aspek yang menjadi perhatian Ketut bersama tim selama ini antara lain dari sisi visibilitas, konten atau isi, dan excellence. Ketut pun menjelaskan, aspek visibilitas menjadi standar seberapa mudah suatu website untuk diakses dan dipahami oleh masyarakat. “Untuk memudahkan diakses oleh orang asing, website ITS juga telah menyediakan konten berbahasa Inggris,” terang Ketut.

Selain itu, Ketut menambahkan bahwa desain website ITS juga telah banyak diubah mengikuti warna dan tren millennial agar semakin menarik dan memperbanyak orang yang mengakses.

“Website ITS juga didesain lebih interaktif dengan berbagai foto bergerak dan tidak terkesan monoton,” tambah Guru Besar Teknik Sistem Perkapalan ITS itu.

Selanjutnya dari segi excellence, Ketut menerangkan bahwa aspek ini menjadi salah satu parameter penilaian Webometrics berdasarkan jumlah artikel-artikel ilmiah yang dipublikasikan.

Ketut menuturkan, sekarang ini ITS telah menerapkan kebijakan yakni semua penelitian seperti tugas akhir (TA), tesis, disertasi, dan lain-lain yang dilakukan oleh mahasiswa ataupun dosen akan diberikan waktu dua tahun untuk dipublikasikan ke jurnal internasional.

“Apabila setelah dua tahun penelitian tersebut tidak dipublikasikan, maka akan dimasukkan ke perpustakaan ITS,” ujar pria asal Singaraja, Bali itu.

Selain dua hal tersebut, menurut Ketut, yang tak kalah penting dari suatu website adalah mengenai konten atau isinya. Ia pun menyampaikan bahwa website ITS sendiri berhubungan dengan berbagai website mulai dari perpustakaan, departemen, fakultas, ataupun unit-unit lain di ITS.

Oleh karena itu, ia pun menekankan adanya standarisasi untuk semua website baik dari segi desain, warna, ataupun konten yang ingin ditampilkan agar seragam.


Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc., Wakil Rektor IV ITS Bidang Penelitian, Inovasi, dan Kerja Sama. Foto: Humas ITS Surabaya

Ketut tak lupa menyampaikan bahwa perlu adanya koordinasi dan manajemen yang baik agar segala informasi yang ada di masing-masing website tersampaikan juga di website utama ITS.

“Apapun potensi yang dimiliki ITS harus dapat dimunculkan dan terus diperbarui, misalnya mengenai informasi pendidikan, penelitian dan inovasi, serta proyek yang dilakukan ITS untuk masyarakat,” papar Ketut.

Lebih lanjut, Ketut mengungkapkan bahwa jika sebelumnya menggunakan sistem digital library (digilib), saat ini perpustakaan ITS sudah menggunakan sistem repository yang lebih mudah untuk dikenali oleh search engine atau mesin pencari di internet.

“ITS kini juga sedang menyiapkan sistem e-lib yang mana sistem tersebut akan lebih kuat karena memiliki kapasitas yang besar,” ungkap Ketut.

Di samping itu, Ketut mengatakan, pihaknya juga tengah melakukan program Search Engine Optimation (SEO) agar dokumen-dokumen yang dimiliki ITS semakin mudah untuk diakses. Salah satu dari program tersebut adalah dengan menambah kapasitas bandwidth atau nilai konsumsi transfer data.

Pria kelahiran tahun 1971 itu pun menuturkan, tak hanya kapasitas bandwidth domestik saja yang diperbesar, tetapi juga bandwidth internasional. “Keduanya akan dinaikkan dari lima gigabyte menjadi sepuluh gigabyte,” kata Ketut.

Ketut yang meraih gelar doktor di Universitas Kobe, Jepang ini menegaskan harus optimistis bahwa peringkat ITS akan terus naik ke depannya, dikarenakan potensi untuk memperbaiki masih besar.

Namun, Ketut pun mengingatkan bahwa perbaikan kualitas dan kinerjalah yang seharusnya menjadi acuan, bukan semata-mata karena ranking. “Apabila kinerja dan kualitas yang kita berikan bagus, maka (posisi) ranking akan mengikuti,” pungkas Ketut dalam rilisnya, Jumat (22/2/2019).(tok/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs