Peristiwa perampasan sepeda menyasar anak-anak kembali muncul di Surabaya. Enam anak jadi korban modus perampasan dengan tuduhan palsu ketika hendak ke Car Free Day, Taman Bungkul, Minggu (20/7/2019) pagi.
Enam anak warga Keputran itu menjadi korban gertak sambal para perampas sepeda itu. Bermodal tuduhan yang tidak benar, mereka mampu membuat anak-anak itu menuruti perkataan mereka.
Eddy Christijanto Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPB) Linmas Kota Surabaya mengatakan, persoalannya adalah ketakutan anak-anak itu kepada orang yang lebih dewasa atau lebih senior.
“Ini sebenarnya, kan, budaya kita. Orang atau anak takut dengan orang yang lebih tua, lebih senior, apalagi dengan tekanan. Ini yang perlu kami lakukan mitigasi,” katanya kepada suarasurabaya.net.
Menurutnya, hal itu tidak akan terjadi bila anak-anak itu memiliki mental yang lebih berani kepada orang lain, siapapun mereka, yang menuduhnya dengan tuduhan tidak benar.
“Yang seperti itu tidak akan terjadi kalau anak-anak itu berani menantang mereka ke kantor polisi, misalnya, untuk membuktikan siapa yang salah. Tapi masalahnya, anak-anak ini juga takut kepada polisi, kepada Satpol PP, Linmas. Karena budayanya seperti itu,” kata Eddy.
Eddy melanjutkan, temuan kasus ini akan menjadi bahan evaluasi sosialiasi ke masyarakat, yang selama ini sudah dilakukan BPB Linmas Kota Surabaya secara rutin.
“Sebenarnya kami sering sampaikan yang seperti ini saat ‘Tilik RW’. Tapi, kan, sasarannya orang dewasa. Tokoh agama, tokoh masyarakat, tidak sampai ke anak-anak. Ini jadi masukan kami,” katanya.
Eddy menjelaskan, sebenarnya seminggu sekali BPB Linmas juga punya agenda sosialiasi mitigasi bencana ke sekolah-sekolah di Surabaya. Tapi materi mengenai masalah keberanian seperti itu memang belum pernah disampaikan.
“Setiap seminggu sekali, setiap hari Jumat kami ‘masuk sekolah’. Tapi memang materinya lebih banyak kebencanaan dan narkoba. Temuan ini akan menjadi bahan sosialisasi kepada mereka (anak-anak),” ujarnya.
Melalui sosialiasi itu, Eddy berharap anak-anak tidak lagi takut kepada sosok yang lebih berkuasa seperti polisi, TNI, Satpol-PP, atau Linmas selama mereka yakin bahwa mereka benar.
“Harus ditanamkan keberanian seperti itu selama mereka tidak melakukan kesalahan yang dituduhkan dan selama mereka benar. Supaya kejadian seperti tadi pagi tidak terulang lagi,” katanya.
Sementara itu, dia juga akan memerintahkan agar Linmas berkoordinasi dengan Satpol-PP Surabaya meningkatkan pengawasan di Pos-Pos Pantau yang ada di Surabaya, serta berkoordinasi dengan kepolisian.
“Sebenarnya sudah banyak pos pantau yang kami buat. Kalau kejadian tadi di (Jalan, red) Irian Barat, berarti yang terdekat di Pos Pantau Pataya. Selain mereka bisa mengajak penjahat itu ke Pos Polisi, bisa juga ke pos kami,” kata Eddy.
Perlu diketahui, enam anak itu yang bertemu tiga penjahat itu saat perjalanan ke Car Free Day Taman Bungkul. Menurut mereka, tiga orang itu bertubuh besar. Mereka menuduh salah satu dari anak-anak itu telah menyerempet ibunya.
Tiga orang itu meminta satu dari anak itu yang bernama Iman mengikuti mereka dengan dalih agar bisa meminta maaf secara langsung kepada ibunya. Sementara lima lainnya disuruh menunggu di Jalan Trunojoyo, belakang Restoran Mahameru.
Ternyata itu hanya modus mereka untuk merampas sepeda Iman. Di Jalan Irian Barat mereka merampas sepeda Iman dan meninggalkan Iman sendirian. Anak itu pulang ke rumah meminta bantuan orang lain untuk mengantarnya.
Sementara lima saudaranya yang ditinggal di Jalan Trunojoyo ketakutan karena tiga orang itu mengancam mereka, bila mereka pulang Iman akan dibunuh. Mereka pun tidak berani pulang ke rumah sebelum Iman datang sampai salah seorang pendengar Radio Suara Surabaya menemukan mereka.(den/tin/iss)