Jaringan tersangka peredaran sabu-sabu sebanyak 18 kilogram yang diungkap Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur pada Senin kemarin (4/2/2019), masih memiliki keterkaitan keluarga dekat. Bahkan, pelaku pengiriman di Kuala Lumpur, Malaysia, merupakan ayah dari Aldo dan Erlin, pasangan suami istri asal Sampang, Madura, yang mengendalikan jaringan ini.
“Ini melibatkan keluarga dekat semua, suami istri (Aldo dan Erlin) yang ditangkap itu punya bapak, bapaknya meninggal di Kuala Lumpur karena serangan jantung pas mengirim barang. Kita menangkap juga pas 40 hari, pas ngumpul semua,” kata Brigjen Pol Bambang Budi Santoso Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (5/2/2019).
Awalnya, pelaku mengirim sebanyak 30 kilogram sabu-sabu dari Kuala Lumpur. Namun setelah itu, pelaku meninggal karena mendapat serangan jantung, dan sabu-sabu sudah terkirim ke salah satu wilayah di Indonesia. Kemudian, kurir yang membawa sabu-sabu tersebut menjual 12 kilogram ke Kepulauan Riau karena ia tak kunjung mendapat upah. Sedangkan 18 kilogram sisanya dikirim ke Jawa Timur.
“Nah, kemudian kami perintahkan di Jatim untuk dilakukan penyergapan, begitu juga di Sumatera (Kepulauan Riau, red). Kami takutnya saat barang itu sampai di Jatim sudah terpecah-pecah (tersebar, red),” jelasnya.
Kasus ini merupakan penangkapan terbesar pada tahun ini. Tersangka juga tercatat merupakan satu dari 58 jaringan narkoba yang sudah didalami polisi pada tahun 2018.
Diperkirakan, sabu-sabu yang berhasil diamankan ini mencapai Rp4,5 miliar.
“Tinggal kalikan saja, satu gram sekarang itu Rp2,5 juta, dikali 18 kilogram. Apalagi satu gram bisa untuk 5 orang, makanya kita perintahkan (penyergapan, red) tidak usah menunggu lama. Kalau sudah pasti langsung saja diringkus,” kata Brigjen Pol Bambang.
Saat ini tersangka masih diamankan di Kantor BNNP Jatim yang terletak di Jalan Ngagel, Surabaya. Polisi juga masih melakukan pendalaman kasus untuk mengungkap aktor utama dalam kasus ini.
“Kita masih mau ke Malaysia, apakah aktor intelektualnya mungkin dari Malaysia, atau orang-orang kita yang dilindungi disana,” ujarnya.(tin/dwi)