
Kanker kolorektal atau umum disebut kanker usus besar masih menjadi salah satu kanker dengan jumlah penderita terbanyak di Indonesia. dr. Luciana Wardoyo, Sp.B-KBD Dokter Bedah Digestif di RS Adi Husada Undaan Wetan mengatakan, penyakit ini paling banyak dijumpai di Klinik Bedah Digestif.
“Paling banyak sekarang adalah kanker kolorektal. Kanker usus besar. Usus besar itu menempati kanker lima terbanyak di dunia. Di Indonesia, untuk perempuan, nomor tiga setelah (kanker, red) payudara dan serviks. Pada pria, antara kedua dan ketiga. Paling banyak (pria menderita, red) kanker paru,” ujar dr. Luciana pada peresmian klinik bedah digestif dan klinik bedah onkologi di RS Adi Husada Undaan Wetan, Surabaya pada Rabu (9/10/2019).
dr. Luciana mengatakan, 20 persen penderita kanker usus besar merupakan faktor keturunan. Artinya, pasien tersebut memiliki silsilah keluarga yang juga menderita kanker.
“Itulah kenapa screening (pengecekan, red) itu penting. Kalau dalam kanker kolorektal nomor satu perhatikan, keluarga ada yang riwayat kanker atau gak. Jadi keluarga yang sedarah. Untuk kanker apapun. Yang satu darah. Terutama untuk yang satu garis, harus lebih hati-hati buat pasien,” jelasnya.
Selain faktor keturunan, 80 persen penyebab Kanker Usus Besar disebabkan oleh pola makan dan lingkungan. Namun, penyebab kanker ini bersifat sporadis. Sehingga, orang dengan pola makan yang sama berisiko, tidak tentu keduanya akan mengidap penyakit yang sama.
“80 persen ini bersifat sporadik. Sebabnya banyak. Satu makanan. Makanan yang sudah terbukti menimbulkan karsinogenik. Itu jelas akan menimbulkan kanker dalam jangka lama. Contoh (makanan, red) bakar seperti sate bakar, terus daging merah berlebihan. (Dianjurkan, red) lebih banyak makanan sehat itu sayur dan buah segar. Makanan olahan, berbahan pengawet, dalam jangka panjang bisa (menyebabkan kanker usus besar juga, red),” kata dr. Luciana yang ditemui di Gedung Adi Husada Medical Center, Surabaya.
“Tapi tetap bersifat sporadis. Tidak tentu siapa yang kena. Karena kanker itu banyak faktor. Ada makanan, lingkungan, genetik, itu,” tegasnya. (bas/tin/ipg)