Penderita Hepatitis A di Kabupaten Pacitan kian bertambah. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur, Senin (1/7/2019), jumlah penderita mencapai 975 orang.
Ini terpantau sejak pada 27 Juni lalu, di mana jumlah penderita mencapai 824 orang. Kemudian pada 29 Juni naik menjadi 924 orang, disusul 30 Juni kembali naik menjadi 957 orang. Data terkahir hari ini 975 orang.
Meski demikian, Kohar Hari Santoso Kepala Dinkes Jatim mengatakan bahwa peningkatan jumlah penderita Hepatitis A itu mulai melandai. Untuk menekan angka penularan hepatitis A ini, pihaknya telah melakukan beberapa upaya.
Salah satunya, menginstruksikan jajarannya untuk melakukan penelitian epidemologi. Kemudian, kegiatan sosialisasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) juga akan terus digencarkan.
“Mensosialisasikan ke masyarakat terutama tentang PHBS. Meliputi soal bagaimana mereka buang air besar, cuci tangan, terus air minumnya. Kemudian bagaimana makanan tidak terkontaminasi dan masyarakat tidak membuang sampah sembarangan,” kata Kohar, Senin (1/7/2019).
Jumlah penderita Hepatitis A tersebut tersebar di beberapa wilayah di Pacitan. Di antaranya, di Kecamatan Sudimoro sebanyak 527 orang, Ngadirojo 176 orang, Sukorejo 82 orang, Tulakan 69 orang, Wonokarto 54 orang, Arjosari 33 orang, Bubakan 25 orang, Tegalombo 5 orang, dan Ketrowonojoyo 4 orang.
Kohar mengungkapkan pihaknya akan berusaha maksimal untuk menyembuhkan pasien yang menderita wabah ini. Pihaknya menargetkan, masalah Hepatitis A ini bisa segera terselesaikan dalam kurun waktu dua minggu.
“Iya. Mudah-mudahan dalam kurung dua minggu ini sudah bisa kita selesaikan sambil kita pantau terus. Kita mengharapkan bahwa tidak ada lagi penambahan jumlah pasien,” ungkapnya.
Kohar mengungkapkan, wabah hepatitis A di Pacitan ini terjadi sejak momen Ramadhan lalu. Di mana, penularannya terjadi melalui buah-buahan yang diduga terkontaminasi oleh orang yang sudah menderita sakit tersebut.
“Bulan puasa kita biasa memakan segar-segar macamnya blewah dan sebagainya rupanya, ada yang terkontaminasi tapi setelah itu mulai dari penyebaran yang lebih luas dari seseorang yang sakit tadi sehingga bisa menyebar,” pungkasnya. (ang/iss/ipg)