Para pengunjuk rasa prodemokrasi berencana mengacaukan jalur-jalur transportasi menuju bandar udara internasional Hong Kong pada Minggu pascabentrokan Sabtu (31/8/2019) malam antara polisi dan para pemrotes yang mengenakan penutup wajah.
Para penyelenggara protes telah mengajak masyarakat untuk menguasai jalanan dan jalur kereta menuju bandara pada Minggu dan Senin (2/9/2019), yang berpotensi mengganggu penerbangan. Gerakan serupa, yang disebut “uji coba tekanan”, di bandara pekan lalu mengalami kegagalan.
Pada Sabtu larut malam dan Minggu dini hari, polisi menembakkan gas air mata, meriam air dan peluru karet. Sementara itu, para pemrotes melemparkan bom-bom bensin.
Bentrokan di antara kedua belah pihak meningkatkan benturan yang telah menceburkan pusat keuangan Asia itu ke jurang krisis politik terburuknya dalam beberapa dasawarsa terakhir ini.
Dilansir Antara, tiga stasiun jalur kereta bawah tanah hingga Minggu pagi masih ditutup.
“Tingkat kekerasan meningkat sangat cepat dan tindakan ilegal mereka itu tidak memperhatikan hukum yang berlaku di Hong Kong.”
Rangkaian protes tersebut, yang pada suatu saat membuat tiga jalan utama terhadang, berlangsung pada peringatan tahun kelima keputusan China membatasi reformasi demokratis dan hak pilih di Hong Kong.
Hong Kong adalah bekas jajahan Inggris yang dikembalikan ke China pada 1997.
Gelombang kerusuhan mulai muncul pada pertengahan Juni, saat banyak kalangan masyarakat merasa marah atas pembahasan rancangan undang-undang ekstradisi, yang saat ini sudah ditangguhkan.
RUU ekstradisi memungkinkan orang-orang Hong Kong dibawa ke China Daratan untuk disidang di pengadilan-pengadilan yang dikendalikan oleh Partai Komunis.(ant/tin/dwi)