Pemerintah Tegaskan Tidak Ada Petugas KPPS yang Meninggal Karena Racun

Moeldoko Kepala Staf Kepresidenan menegaskan, meninggalnya ratusan orang Petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019, murni karena sakit dan kecelakaan.

Mantan Panglima TNI itu menepis spekulasi yang tersebar di media sosial, bahwa penyebab meninggalnya Petugas KPPS dari berbagai daerah karena racun.

Moeldoko berharap, musibah itu jangan diseret ke ranah politik. Jangan sampai keluarga Petugas KPPS yang sudah mengikhlaskan, merasa terbebani dengan isu-isu yang tidak sesuai fakta.

Menurutnya, setiap pekerjaan pasti ada risikonya. Supaya tidak ada lagi Petugas KPPS yang sakit dan meninggal dalam menjalankan tugasnya, Moeldoko minta aspek medis harus menjadi perhatian serius.

Sedangkan pemerintah bersama pihak terkait akan mengevaluasi penyelenggaraan Pemilu serentak.

Pernyataan itu disampaikan Moeldoko, siang hari ini, Selasa (14/5/2019), usai rapat bersama Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri dan Sekjen Komisi Pemilihan Umum (KPU), di Kantor Staf Presiden, Jakarta.

“Saya berharap masyarakat berpikir jernih, wajar, bahwa setiap pekerjaan ada risikonya. Tolong ini tidak dibawa ke ranah politik, kasihan keluarga korban yang sudah mengikhlaskan. Tidak ada yang meninggal karena racun,” tegas Moeldoko.

Sebelumnya, Nila Moeloek Menteri Kesehatan mengungkapkan, kasus Petugas KPPS meninggal terbanyak ada di Jawa Barat, kemudian Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Dilihat dari kelompok umur, kata Menkes, 54 persen yang meninggal berusia di atas 50 tahun.

Untuk penyebabnya, 51 persen karena penyakit kardiovaskular atau jantung, stroke, hipertensi, gagal pernafasan karena asma, gagal ginjal, diabetes melitus, dan sakit liver.

Penyebab meninggal lainnya, sebanyak sembilan persen dari total data sementara, adalah karena kecelakaan.

Berdasarkan data KPU, sampai hari ini, Selasa (14/5/2019), tercatat ada 485 orang Petugas KPPS yang meninggal dunia, dan 10.997 orang sakit. (rid/tin)