Sabtu, 23 November 2024

Peluang Penemuan Giant Discovery di Wilayah Jabanusa

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Tim Pertamina EP (PEP) Asset 4. Foto: Istimewa

Peran Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang bekerja di bawah pengendalian dan pengawasan SKK Migas Jabanusa dalam memenuhi kebutuhan energi nasional kian penting. KKKS yang bekerja di wilayah Jabanusa, khususnya di wilayah Jawa Timur, kini memasok sekitar 30 persen produksi minyak dan 10 persen untuk produksi gas nasional.

Rata-rata produksi KKKS di wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara untuk minyak antara 260.000 – 265.000 barel oil per day (bopd) sedangkan gas antara 630 – 730 million metric standar cubic feet per day (MMscfd).

Keberhasilan KKKS Jabanusa menjadi tulang punggung produksi migas nasional tidak lepas dari produksi Lapangan Banyuurip yang masuk wilayah Blok Cepu. Lapangan yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited itu mampu memproduksi 220.000 bopd. Melampaui estimasi awal yang memperkirakan puncak produksi Lapangan Banyuurip pada kisaran 165.000 bopd.

Besarnya produksi di Lapangan Banyuurip tidak lepas dari keberanian ExxonMobil dan Pertamina melanjutkan program eksplorasi lapisan dalam yang dicanangkan Humpuss sebelum terbelit krisis ekonomi 1997.

Begitu membeli hak eksplorasi Blok Cepu, ExxonMobil langsung melakukan pemetaan bawah permukaan lewat seismik 3-D. Hasilnya, pada 2001 Mobil Cepu Ltd -anak perusahaan dari ExxonMobil yang bekerjasama dengan Pertamina menemukan cadangan minyak mentah dengan kandungan 450 juta barel di lapangan Banyu Urip. Dan setelah dihitung ulang di tahun 2019 cadangan minyak ini meningkat menjadi 823 juta barrel, atau sekitar 80% dari saat POD awal (2006). Ini merupakan penemuan sumber minyak paling signifikan dalam dekade terakhir.

Penemuan giant discovery di wilayah Jabanusa, khususnya di Blok Cepu sangat menarik perhatian. Pertama, kawasan itu sejatinya telah dieksplorasi dan dieksploitasi sejak 1870 atau sekitar 150 tahun silam. Ini menguatkan keyakinan bahwa potensi migas di Wilayah Jabanusa, khususnya di Jawa Timur, masih relatif besar.

Kedua, keberhasilan ExxonMobil menemukan giant discovery di Lapangan Banyuurip lewat penggarapan lapisan bawah permukaan membangkitkan harapan bakal diketemukannya lagi giant discovery di wilayah Jabanusa. Hal itu dimungkinkan karena lapangan-lapangan migas di Indonesia, termasuk di wilayah Jabanusa, sebagian besar baru dieksploitasi pada lapisan dangkal.

Tak heran, meski tidak termasuk 10 wilayah yang menjadi prioritas penemuan giant discovery, KKKS yang bekerja di bawah pengendalian dan pengawasan SKK Migas Jabanusa bersemangat mendukung program road to giant discovery yang dicanangkan pemerintah.

Semangat mendukung program road to giant discovery bukan semata-mata karena keyakinan wilayah Jabanusa masih punya potensi besar, termasuk peluang menemukan kandungan migas dalam volume signifikan, tetapi juga menjadi bagian dari kesadaran bahwa produksi migas akan mengalami penurunan alamiah setelah mencapai puncak produksi.

Penurunan alamiah produksi sebuah lapangan migas bisa sangat bervariasi, bergantung kandungan migas yang ada di reservoir. Bila penurunan produksi alamiah sebesar 5% tiap bulan, dalam satu tahun produksi bisa turun hingga 60%.

Untuk menahan laju penurunan alamiah itu, pilihannya hanya satu, semua pengelola lapangan migas harus meningkatkan produksi. Meski mungkin tidak bisa menambah volume produksi harian, tambahan produksi itu setidaknya bisa menahan laju penurunan produksi alamiah. Penurunan produksi yang semestinya 60% per tahun, misalnya bisa ditekan menjadi 20% per tahun.

Ada banyak cara untuk untuk menambah produksi sebagai bagian dari usaha menahan laju penurunan produksi alamiah. Langkah paling sederhana melakukan perawatan sumur, mengebor sumur pengembangan hingga mengebor sumur baru atau bahkan membuka lapangan baru di blok yang digarap. Namun semua kegiatan itu tetaplah harus dibarengi dengan upaya menambah cadangan baru melalui kegiatan eksplorasi. Pada titik seperti ini, kegiatan seismik dan dan pengeboran untuk memastikan kandungan migas mempunyai nilai ekonomis untuk eksploitasi menjadi kunci penting.

Dalam konteks wilayah Jabanusa yang saat ini menjadi back bone atau tulang punggung produksi migas nasional, tentulah tanggung jawabnya bukan sekadar menghambat atau mencegah penurunan alamiah produksi migas, tetapi bagaimana bisa meningkatkan kontribusi bagi ketahanan energi nasional. Karena itu, tanpa mengecilkan arti penting kegiatan perawatan sumur, pengeboran sumur pengembangan, semangat untuk menemukan cadangan baru dalam skala giant discovery harus terus dikobarkan.

Menurut peneliti migas Arif Gunawan, masih ada peluang penemuan kandungan migas skala giant discovery di wilayah Jabanusa, termasuk di Jawa Timur.

“Di wilayah Jabanusa yang meliputi North East Java Basin, masih banyak memiliki area potential yang belum dieksplorasi,” kata alumnus ITS ini.

Untuk mewujudkan hal itu, lanjut Arif dibutuhkan data baru dan aplikasi teknologi baru melalui kegiatan eksplorasi. “Potensinya ada. Tinggal dipadukan dengan pemanfaatan teknologi baru dalam kegiatan eksplorasi. Kalau sudah ada data-data baru, peluang penemuan giant discovery lebih terbuka,” kata peneliti muda asal Sidoarjo ini.

Arif tidak berlebihan, di luar KKKS yang sudah memproduksi migas seperti, misalnya, Kangean Energi Indonesia (KEI), Santos, Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, Petronas Cari Gali Ketapang, Pertamina EP Asset 4, Pertamina EP Cepu, ExxonMobil Cepu Limited, Husky CNOOC Madura Limited, PGN Sakka, Cammar dan Lapindo Brantas, masih ada lebih dari 10 KKKS yang masih pada tahap eksplorasi di wilayah Jabanusa.


Nurwahidi Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa. Foto: Istimewa

Melihat besarnya manfaat penemuan cadangan migas baru, Nurwahidi Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, menegaskan, “SKK Migas berkomitmen mendukung KKKS mendapatkan lapangan eksplorasi yang memiliki cadangan minyak dan gas besar.”

Pacu Produksi

Untuk menemukan cadangan baru dalam skala giant discovery tentu tidak semudah membalik tangan. Beberapa kisah kegagalan kegiatan eksplorasi juga terjadi di wilayah Jabanusa. Namun sebagai pelaku industri hulu migas, semua KKKS sadar bisnis yang membutuhkan teknologi tinggi dan modal besar ini juga punya risiko kegagalan yang tinggi.

Karena itu, meski ada risiko, namun SKK Migas Jabanusa mampu mendorong KKKS yang ada di wilayah Jabanusa untuk terus menemukan cadangan baru dan memacu produksi lewat pengeboran sumur-sumur baru atau pun sumur pengembangan hingga kegiatan perawatan sumur.

Merujuk pada paparan Nurwahidi Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, kini ExxonMobil Cepu Limited di Bojonegoro mulai mengembangkan satu lapangan Kedung Kris dengan potensi 10.000 bopd. Rencananya produksi pada akhir 2019.

PT Pertamina EP Cepu (PEPC) di Bojonegoro sedang mengembangkan fasilitas produksi di Jambaran Tiung Biru untuk produksi gas. Nantinya itu untuk menyuplai kebutuhan domestik di daerah Jatim yang sebesar 170-190 MMscdf.

Di Sumenep Madura, PT EML (Energi Mineral Langgeng) berhasil melakukan discovery dua sumur eksplorasi di darat dan berpotensi dikembangkan. Sementara Husky-CNOOC Madura Limited akan membor tujuh sumur gas dengan target on stream pada kuartal ketiga 2020.

Kangean Energy Indonesia Ltd (KEI) sudah berhasil melaksanakan penyaluran gas lapangan Terang, Sirasun, dan Batur (TSB) 2 yang on stream Q1 2019 dan tambahan produksi sebesar 200 MMscfd. “KEI juga berencana melakukan seismik 3-D di Lapangan Sagentoh pada tahun ini,” terang Nurwahidi.

Selanjutnya Santos ( Madura Offshore) Pty Ltd di lapangan Meliwis telah progress detail engineering 100 persen. Saat ini, dalam tahap proses pembahasan Gas Sales Agreement (GSA). Santos (Sampang) di lapangan Paus Biru telah selesai drilling sumur Paus Biru 1, DST selesai, dan proses pengajuan POD.

Pertamina EP (PEP) Asset 4 pada tahun ini juga akan mengebor 1 sumur eksplorasi yaitu KOL-1, Lalu Pertamina Hulu Energi (PHE) Tuban East Java, melakukan Spud in WMA-1 Exploration Drilling, dan PEPC Alas Dara Kemuning sudah melakukan bor eksplorasi dan mengajukan POD1.

Selain itu, Saka Energi Indonesia atau SAKA akan mengebor lapangan West Pangkah setelah selesai bor 1 sumur eksplorasi. Terakhir, PHE WMO dalam tahap pengeboran sumur eksplorasi PHE 2 – 3. Yang terbaru, akhir bulan Agustus 2019, Pertamina Hulu Energi (PHE) Tuban East Java melakukan seismik 3-D.

Semua proyek itu dalam jangka pendek dan menengah tentu sangat berarti untuk bisa melawan penurunan produksi alamiah dan tetap menempatkan wilayah Jabanusa, khususnya Jawa Timur sebagai back bone produksi migas nasional. Namun jika ingin tetap berkontribusi besar dalam melawan penurunan alamiah produksi migas nasional, KKKS di wilayah Jabanusa harus bekerja lebih keras lagi, termasuk terus berupaya menemukan kandungan migas skala giant discovery.

Seperti kita ketahui, produksi migas nasional yang beberapa tahun silam bisa mencapai 1,5 juta bopd, kini sudah di bawah 800.000 bopd. Padahal, konsumsi energi minyak bumi nasional justru terus meningkat dari kisaran 1.500.000 bopd ke arah 1,6 juta bopd. Ada defisit energi sekitar 50%. Jika penurunan alamian minyak bumi itu tidak bisa dihentikan, maka defisit energi nasional akan kian membesar.

Karena itu, kerja keras SKK Migas Jabanusa dan KKKS dalam menahan laju penurunan alamiah maupun upaya menemukan cadangan giant discovery harus dilihat sebagai bagian penting untuk mencegah terus membengkaknya defisit energi nasional. Karena itu juga, kegiatan SKK Migas dan KKKS yang bekerja di wilayah Jabanusa perlu mendapat dukungan dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah yang sebenarnya paling berkepentingan terhadap ketahanan energi nasional.

Melihat potensi dan kebutuhan untuk bisa terus berkontribusi maksimal terhadap ketahanan energi nasional ini, Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi menegaskan, SKK Migas dan KKKS Jabanusa mengajak semua pihak dan stakeholder utama hulu migas di Jatim bersinergi dan berkolaborasi bersama menjaga iklim investasi hulu migas. Sehingga, bisa menarik perhatian investor.

“Jika ada investor hulu migas, minimal ada dua hal dapat dicapai. Yakni, pemenuhan target produksi migas nasional, dan multiplayer efek di bidang ekonomi lokal kian meningkat,” tandasnya.

Dijelaskan, multiplayer efek yang dihasilkan di sektor migas dari hulu ke hilir sangat besar. Selain membuka lapangan kerja, kehadiran industri migas juga memberdayakan ekonomi melalui pengusaha lokal. Tak hanya itu, sektor perhotelan dan pariwisata di wilayah operasi migas juga ikut menikmati.
“SKK Migas saat ini berperan menjadi lokomotif pendorong ekonomi nasional,” kata alumnus ITS ini.

Jika semua sepakat, ketersediaan energi menjadi prasarat penting bagi bangsa dan negara Indonesia untuk bisa terus tumbuh dan berkembang, maka semua pemangku kepentingan wajib mendukung kegiatan eksplorasi dan eksplotasi industri hulu migas. Dalam konteks Indonesia yang telah menjadi net importir minyak bumi, memang tidak ada pilihan kecuali menggenjot kembali kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. (adv/tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs