Moeldoko Kepala Staf Kepresidenan menghadiri penutupan Amerta Abiseka 2019 Universitas Airlangga yang digelar di Airlangga Convention Center (ACC), Surabaya. Acara dibuka oleh Mohammad Nasih Rektor Universitas Airlangga (Unair) serta civitas academica.
Dihadapan 7.000 mahasiswa baru program sarjana dan vokasi tahun akademi 2019/2020, Moeldoko memaparkan beberapa hal penting dan tantangan yang akan dihadapi para mahasiswa baru dalam membangun Indonesia, meliputi 5 fenomena yang itu change, speed, risk complexity dan surprise.
“Presiden sudah menyatakan, masyarakat Indonesia harus mengantisipasi 5 fenomena yaitu dunia saat dengan cepat, penuh dengan risiko dan kompleks, serta penuh kejutan. Itulah masa depan yang akan kalian hadapi,” kata Moeldoko berdasarkan rilis yang diterima suarasurabaya.net.
Panglima TNI 2013-2015 itu juga menjelaskan, persoalan global di masa depan akan mempengaruhi sistem finansial global pada tahun 2045, serta tantangan dari berbagai aspek seperti tantangan ideologi, politik, ekonomi, sosial bahkan pertahanan dan keamanan.
Ia menekankan, agar generasi penerus bangsa bisa memperkuat pemahaman akan ideologi Pancasila, yang merupakan hasil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
“Ideologi negara kita adalah Pancasila yang merupakan ideologi yang terbuka dan dinamis,” ungkapnya.
Diskursus mengenai ideologi tidak akan pernah selesai. Untuk bisa menghadapi isme-isme yang berkembang sekarang begitu pesat, maka persoalan ideologi harus diperkuat dengan sebaik-baiknya. Pancasila terdiri dari nilai filosofis, pragmatis, dan instrumentalia yang dimana digunakan sebagai sumber bagi pembuatan undang-undang.
Dari sisi politik, Moeldoko menjelaskan, adanya pergeseran makna dari geopolitik, yaitu budaya ketakutan yang muncul di Amerika, Eropa dan Australia, dan budaya harapan yang dibangun oleh Cina dan India melalui pertumbuhan eonomi yang luar biasa. Di Indonesia sendiri, budaya harapan dapat terlihat dari keberhasilan Presiden Jokowi dalam membangun jalan tol sepanjang 1250 km dalam jangka waktu 4 setengah tahun.
“Pak Jokowi dalam tempo yang tidak terlalu lama dan sekarang hampir 5 tahun, telah merubah situasi yang cukup signifikan. Pada tahun 1973, Indonesia telah memiliki konsep untuk membangun Tol Jagorawi yang dioperasionalkan pada tahun 1980. Tahun 80-an, yang dilihat oleh negara-negara seperti Cina, Singapore dan Malaysia. 40 tahun kemudian, kita hanya berhasil membangun jalan tol 280 kilometer. Namun, pada kepemimpinan Pak Jokowi, berhasil membangun sepanjang 1250 kilometer,” jelasnya.
Sebagai penutup, Ia menjelaskan, saat ini, Indonesia sedang membangun manajemen talenta nasional yang nantinya, pemerintah akan mendata anak-anak Indonesia yang berprestasi baik dari segi seni budaya, teknologi, sains dan lain-lain. Ia juga menerangkan bahwa nilai kompetitif Indonesia harus meningkat dengan tajam, mengingat sumber daya alam dan manusia yang dimiliki, dengan mementingkan inovasi di tengah-tengah lingkungan yang berubah dengan cepat.
“Negara-negara di dunia saat ini sedang berkompetisi luar biasa, seperti Korea dan Singapore yang memiliki SDM yang hebat. Untuk itu, rumus saya adalah inovasi dengan demokrasi dan kapitalisasi akan menghasilkan kesejahteraan dan keamanan yang juga diadaptasi di negara-negara maju seperti Jepang dan Korea,” ungkap Kastaf.(rid/tin/iss)