Sabtu, 23 November 2024

Meski Sulit, Mahasiswa Jepang Antusias Belajar Batik

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Satu diantara mahasiswi Universitas Tokai Jepang, saat membatik dikampus Universitas Surabaya (Ubaya). Foto: Istimewa

Meski tidak mudah, gabungkan Bunga Sakura dan Keluwih sebagai motif Batik, jadi tantangan tersendiri pada The Student Workshops on Global Business in 2019 di Kampus Universitas Surabaya (Ubaya) yang diikuti 20 mahasiswa Jepang.

Puluhan mahasiswa Universitas Tokai Jepang dengan tekun dan penuh perhatian menyimak penjelasan sekaligus cara-cara membatik yang disampaikan instruktur, tekait memadukan motif Bunga Sakura dengan Keluwih.

Perpaduan atau kolaborasi dalam motif Bunga Sakura dan Keluwih mencerminkan cultural exchange antara Indonesia dan Jepang. Bunga Sakura merupakan simbol penting bagi masyarakat Jepang yang dinobatkan sebagai bunga nasional.

Sedangkan Keluwih adalah satu diantara tanaman asli di Indonesia yang juga digunakan sebagai logo kampus Universitas Surabaya. Daun Keluwih melambangkan cita-cita untuk berilmu tinggi.

Para mahasiswa Jepang belajar membatik dari awal proses pengenalan alat-alat Batik kemudian mencanting sampai dengan teknik pewarnaan.

Pola motif Bunga Sakura dan Keluwih sebelumnya sudah dibuat dengan pinsil, untuk kemudian pembatikan dan proses terakhir adalah pewarnaaan. Pada workshop ini digunakan teknik pewarnaan primer yaitu Merah, Kuning, dan Biru.

Ninik Juniati, S.Pd., M.Pd., pendamping sekaligus dosen Fakultas Industri Kreatif, program Batik painting adalah rangkaian kegiatan The International Student Workshops on Global Business in 2019.

“Workshop ini bagian dari The International Student Workshops on Global Business in 2019, dan secara khusus kami perkenalkan teknik pewarnaan menggunakan warna primer, yaitu: Merah, Kuning dan Biru. Sedangkan pada proses aslinya ada banyak teknik pewarnaan seperti natural dyeing, chemical dyeing, atau wax resist dyeing,” terang Ninik Juniati.

Kolaborasi ini memang tidak mudah, lantaran kendala bahasa, latar belakang budaya yang memang tidak sama. Tetapi justru disitulah tantangan itu menjadi menarik dan harus ditemukan solusi agar workshop berjalan dengan baik.

Ditambahkan Aluisius Hery Pratono S.E., M.D.M., Ph.D., ketua pelaksana The International Student Workshops on Global Business in 2019, dari kegiatan ini diharapkan muncul banyak hal positif, diantaranya mutual understanding.

“Memang tidak mudah menggabungkan dua budaya yang berbeda tersebut, tetapi justru ini menjadi menarik. Kami berharap akan muncul banyak hal positif, menumbuhkan cultural intelegence. Semoga ini tidak sekedar profit oriented tapi juga memunculkan mutual understanding yang sejalan dengan misi Ubaya yaitu multiculture dan crossculture,” ujar Aluisius Hery Pratono, Senin (4/3/2019).

Sementara itu disampaikan Hiroshi Nakagawa, Ed.D., pengajar Universitas Tokai Jepang yang juga leader 20 mahasiswa Universitas Tokai Jepang yang hadir di Ubaya, bahwa workshop dna program budaya ini diharapkan meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri mahasiswa Jepang dalam mengenal budaya serta lingkungan baru.

“Semoga melalui program dan workshop ini para mahasiswa Universitas Tokai Jepang mudah belajar budaya, lebih berani dan mau mencoba hal baru, serta tidak canggung mengerjakan sesuatu yang baru, seperti membatik ini,” tegas Hiroshi Nakagawa.(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs