Ludruk Jogo Suroboyo yang diselenggarakan para seniman ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara berkolaborasi dengan Polrestabes Surabaya sukses digelar di Balai Pemuda Surabaya, Minggu (20/1/2019).
Ludruk yang disutradarai Meimura, seniman ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara sekaligus seniman Dewan Kesenian Jawa Timur ini melibatkan Kombes Pol Rudi Setiawan Kapolrestabes Surabaya.
Kombes Pol Rudi Setiawan turut menjadi lakon memerankan tokoh Komisaris Jenderal Polisi Moehammad Jasin, Pahlawan Nasional pemimpin Polisi Istimewa di Surabaya.
Meimura menjelaskan, cerita ludruk Jogo Suroboyo ini mengangkat semangat patriotisme Komjen Polisi M. Jasin bersama seluruh anggota kepolisian di masa perjuangan melawan Belanda dan Sekutu.
Saat itu, Polisi Istimewa di bawah kepemimpinan Jasin bahu membahu mempertahankan kemerdekaan. Jasin juga yang saat itu melatih para pemuda Surabaya dalam menggunakan senjata.
Selain Kombes Pol Rudi Setiawan, ada seniman Hengky Kusuma yang memerankan Mayjend Sungkono Pahlawan Nasional yang saat itu sangat berperan dalam pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Spirit patriotik arek-arek Suroboyo di masa perjuangan di bawah kepemimpinan tokoh-tokoh pahlawan nasional itulah, kata Meimura, yang ingin ditampilkan kembali melalui ludruk ini.
Beberapa akademisi di Surabaya juga turut dilibatkan dalam pementasan Ludruk Jogo Suroboyo ini. Di antaranya Dr Autar Abdillah dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Dr Adrian Perkasa dari Universitas Airlangga (Unair).
Tidak hanya itu, ada Seno Bagaskoro Ketua Aliansi Pelajar Surabaya yang turut berperan dalam lakon ludruk ini mewakili keterlibatan pelajar dan remaja milenial di Surabaya, serta keterlibatan Mahasiswa Teater STKW.
Secara umum, penampilan para pemeran dalam lakon ludruk ini cukup menyatu. Penuh improvisasi yang pas, tidak berlebihan, lucu, sekaligus menghibur.
Meimura sebagai sutradara juga dinilai cukup berhasil menghadirkan kebaruan dengan memadukan pementasan ludruk ini dengan tampilan visual video di masa perjuangan demi menghadirkan latar cerita yang kuat.
Meimura berharap, Ludruk Jogo Suroboyo ini menjadi fragmentasi yang bisa menghadirkan kembali spirit arek-arek Suroboyo di masa perjuangan, terutama tentang tingginya rasa persaudaraan dan gotong royong di antara arek-arek Suroboyo.
Apresiasi pun berdatangan dari para penonton. Salah satunya dari Arie Rukmantara Kepala Perwakilan Unicef (organisasi khusus anak-anak PBB) Indonesia untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ludruk Jogo Suroboyo yang diselenggarakan di Lantai Dua Kompleks Balai Pemuda ini menjadi pengalaman pertamanya menonton pementasan ludruk secara live (langsung).
“Saya kagum dengan pemain ludruk yang kreativitas dan improvisasinya tinggi. Tidak terpatok pada teks. Termasuk dalam menghadirkan humor yang segar dan menghibur penonton,” katanya kepada suarasurabaya.net.
Dia mencatat, penampilan Kombes Pol Rudi Setiawan Kapolrestabes Surabaya serta Seno Bagaskoro Ketua Aliansi Pelajar Surabaya yang bukan pemain ludruk bisa mengalir dalam memainkan peran masing-masing.
Dia mengaku salut secara keseluruhan kepada penyelenggara ludruk yang terus berkomitmen melestarikan tradisi ini. Sebab menurut dia, Ludruk merepresentasikan keberagaman.
“Ada tokoh serius maupun lucu, anak-anak juga ikut main, ibu-ibu juga. Semuanya ada, dan pesannya juga mendalam,” ujarnya. Dia juga mengapresiasi upaya penyelenggara menyentuh generasi milenial di awal-awal pementasan.
Menurutnya, tradisi seni ludruk di Surabaya harus terus dilestarikan. Salah satunya dengan mengenalkan seni ini kepada anak-anak.
Dia menyarankan, ke depan para seniman dapat menyesuaikan durasi pementasan dan memasukkan penggunaan bahasa Jawa, Indonesia, sekaligus Bahasa Inggris secara bersamaan.
“Pertunjukan seperti ini bisa ditambah frekuensi dan promosinya sampai ke anak-anak. Pokonya, dukung terus kreativitas anak Indonesia,” katanya.(den/dwi)