Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dikabarkan meninggal dunia, Ahad (7/7/2016) sekira pukul 01.00 WIB.
Kabar wafatnya Sutopo diinformasikan Direktorat Pengurangan Risiko Bencana BNPB lewat akun Twitternya.
“Telah meninggal dunia Bapak @Sutopo_PN , Minggu, 07 July 2019, sekitar pukul 02.00 waktu Guangzhou/pukul 01.00 WIB. Mohon doanya untuk beliau,” demikian cuitan di akun twitter PRB BNPB tersebut.
Pria kelahiran Boyolali pada 1969 silam itu wafat setelah berjuang lama melawan kanker yang menggerogoti kesehatan tubuhnya.
Mengutip CNN, semasa hidupnya, Sutopo menceritakan dia divonis dokter telah mengidap kanker paru pada pertengahan Januari 2018.
“Dokter bilang saya kanker paru-paru stadium IV pertengahan Januari lalu,” kata pria yang juga karib disapa Pak Topo itu dalam keterangan yang disampaikan di grup WhatsApp wartawan, Senin (12/2/2019).
Sutopo mengaku kaget atas penyakitnya tersebut. Apalagi selama ini ia tidak merokok dan selalu mengonsumsi makanan sehat.
Namun, Sutopo menyatakan menerima penyakit tersebut dan menganggapnya sebagai garis hidup yang memang harus dijalaninya. Dia pun terus menjalani aktivitasnya seperti biasa, termasuk dalam pekerjaan sebagai Kepala Pusdatin Humas BNPB.
Sutopo pun sebenarnya siap jika harus digantikan orang lain. Namun, menurut dia menjelaskan data dan mekanisme bencana bukan perkara gampang.
Latar belakang sebagai peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dulu membuatnya dekat dengan media. Dia pernah menjadi narasumber karena salah satu penelitiannya di Situ Gintung menjadi rujukan ketika tanggul itu jebol, dan menewaskan sekitar 100 orang pada 2009.
Dalam menyiapkan data bencana sebelum disampaikan kepada media massa, Sutopo kerap menghabiskan waktu seharian penuh buat menyusunnya. Baginya tak mudah mendapatkan data-data saat terjadi bencana.
Dia terlebih dulu harus mengontak setiap posko, menyatukan data, menyortir, memeriksa dan menganalisisnya sebelum dibagikan ke media. Belum jika wilayah bencana sulit dijangkau atau jalur komunikasi putus.
Sutopo memang dikenal dan ‘disayang’ publik karena banyak memberikan layanan informasi bencana, ancaman, serta penanggulangannya kepada masyarakat, bahkan saat dia sendiri pun tengah berjuang melawan penyakitnya.
Saat mendengar Sutopo harus melanjutkan pengobatan ke Guangzhou, China, pada Sabtu (15/6/2019) netizen pun menggemakan tagar #DoaBuatSutopo di media sosial.
Kini, Sutopo telah tiada, namun kesigapannya dalam memberikan informasi terkait bencana selalu dikenang terutama di kalangan wartawan, dan netizen. (cnn/iss)